TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Prosesi panggih pasangan pengantin Gusti Kanjeng Ratu Bendara dan Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara di keraton Yogyakarta, Selasa 18 Oktober 2011 siang diramaikan dengan adanya beberapa "wong edan". Tentu saja, mereka tidak benar-benar edan (gila). “Namanya edan-edanan (berpura-pura gila),” kata Mas Kliwon Sumokaryo, 63 tahun, seorang abdi keraton yang menjadi salah satu penari beksan edan dalam prosesi tersebut.
Dalam proses pernikahan, para wong edan inilah yang mengawal pasangan pengantin bertemu. "Maknanya sebagai tolak bala (bencana) bagi pengantin," kata Mas Bekel Padmo Siyogo (56), pemeran wong edan lainnya.
Selain Sumokaryo dan Padmo Siyogo, dua abdi dalem lain juga menari beksan edan ini. Mereka adalah Nyi Hamong Hadiharsono (53) dan Nyi Mas Wedono Hamong Sumowiarjo (77).
Peran sebagai wong edan bagi Hamong Sumowiarjo bukanlah hal yang baru. Dengan aksi hari ini, sudah enam kali dirinya menjadi wong edan dalam prosesi pernikahan di keraton Yogyakarta. Dibanding penari lainnya, Hamong Sumowiarjo memang paling tua.
Sebelumnya, perempuan yang telah 33 tahun menjadi abdi dalem ini telah menjadi wong edan pada pernikahan puteri pertama Sultan Hamengkubuwono X, GKR Pembayun. "Pas pernikahan putri kedua dan ketiga Ngarso Dalem (Sultan), saya sedang sakit," katanya. Selain itu, dia juga menjadi wong edan untuk pernikahan saudara-saudara Sultan, seperti GBPH (Gusti Bendoro Pangeran Haryo) Hadiwonoto, Prabukusumo, Joyokusumo dan Yudaningrat.
Beksan edan-edanan merupakan tarian yang terdiri dari empat orang, dua abdi dalem pria dan dua perempuan. Wong edan pria mengenakan celana panjang warna putih-biru, dan dada terbuka. Dengan tombak di tangan, mereka mengapit kuda lumping. Sementara wong edan perempuan mengenakan kemben dengan kain bagian bawah ditutupi daun pisang kering. Keduanya menggendong bakul berisi buah-buahan di pinggang, sambil menenteng payung.
Riasan wajah para wong edan dibuat mencolok. Sekujur muka dibedaki putih tebal. Alis mata dan bibir mereka pun dicat hitam. Perhiasannya juga unik. Wong edang perempuan mengenakan anting dari cabe merah besar, dengan bunga dan dedaunan sebagai mahkota.
Meski tingkahnya menggelikan, dandanannya aneh, dan dinamai wong edan, banyak tamu pernikahan yang mengerubutinya. Bahkan, banyak di antara mereka yang menyempatkan waktu untuk foto bersama.
ANANG ZAKARIA