TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Empat dari delapan titik sirine tanda peringatan waspada (Early Warning System atau EWS) sudah mulai dipasang di kawasan lereng Merapi menyusul sudah mulainya turun hujan di puncak Merapi sejak tiga hari terakhir ini oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Sleman. Empat titik yang sudah dipasang berada di wilayah Bronggang Cangkringan, Tambakan Ngemplak, Boyong Kalegan dan Jembatan Kemiri Pakem.
“Empat unit lagi rencananya pekan ini akan dipasang di bantaran Kali Opak, Dusun Teplok dan Kliwang Cangkringan, bantaran Kali Gendol Dusun Morangan, dan Ngerdi Sindumartani Ngemplak,” kata Kepala Sub Bidang (Kasubid) Operasional Penanggulangan Bencana Kesbanglinmas Sleman, Makwan, Selasa, 18 Oktober 2011.
Pemasangan untuk antisipasi banjir lahar dingin itu dilakukan di tempat yang tidak sejajar atau lebih tinggi dari tanggul. Makwan menambahkan, EWS yang telah terpasang memiliki radius hingga 500 meter. “Jika dibunyikan, ada tiga indikator sirine, yakni waspada, siaga, dan awas. Bunyinya tergantung dari jarak intervalnya, kalau waspada jarang-jarang, siaga lebih rapat, dan awas itu bunyinya paling cepat,” katanya.
Kepala Desa Kepuharjo Cangkringan, Heri Suprapto, mengatakan gerimis terlihat sejak Sabtu, 15 Oktober 2011 malam hingga Senin, 17 Oktober 2011 sore. "Tapi tidak lama hujannya,” ujarnya. Meski hujan kecil ini belum mengakibatkan aliran di kali yang berhulu di Merapi, warga tetap diminta waspada.
Warga Desa Kepuharjo terutama yang masih tinggal di hunian sementara (huntara) pun diimbau memperbaiki saluran air sebagai langkah antisipasi aliran lokal. Selama ini, lanjut Heri, permukiman warga di Kepuharjo tergolong aman dari aliran lahar dingin karena posisinya jauh dari aliran Kali Gendol ataupun Opak, sekitar satu kilometer lebih. Kawasan yang dinilai rawan justru wilayah di bawahnya, yakni Desa Wukirsari, Glagaharjo, dan Argomulyo.
Baca Juga:
Camat Cangkringan, Samsul Bakri, mengatakan persiapan menghadapi banjir lahar dingin ini masih difokuskan pada persiapan fisik pembangunan jalur Kali Gendol. Pemerintah kabupaten dan kecamatan telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat bantaran kali.
"Senin malam, kami sudah sosialisasi kepada warga tentang penyelamatan diri jika sewaktu-waktu ada ancaman banjir yang ditandai bunyi sirine EWS. Warga yang berada di timur Kali Gendol akan dikumpulkan di barak pengungsian SD Jiwan Argomulyo,” kata Samsul. Sementara untuk warga di barat Kali Gendol diminta untuk berkumpul di lapangan Banjarharjo Bimomartani Ngemplak.
Hingga saat ini, yang telah mendapat sosialisasi adalah warga Banaran di Desa Argomulyo. Jumat, 20 Oktober 2011, giliran warga Jaranan yang mendapat sosialisasi.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian DI Yogyakarta sebelumnya memperkirakan saat ini masih ada 90 juta meter kubik material vulkanik di sejumlah sungai yang ada di kaki Gunung Merapi yang berpotensi menjadi ancaman banjir lahar dingin pada musim penghujan. “Yang terbawa dan terkeruk setelah erupsi kemarin itu hanya sekitar 30-40 persen saja dari total 130 juta meter kubik material, jadi masih ada sekitar 90 jutaan sekarang,” kata Kepala BPPTK DI Yogyakarta, Subandriyo.
90 juta meter kubik material vulkanik itu tersebar di sejumlah sungai yang ada di wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, meliputi Kali Woro 7,8 juta meter kubik, Kali Gendol 24 juta meter kubik, Kali Kuning 8,7 juta meter kubik, Kali Boyong 2,4 juta meter kubik, Kali Krasak 10, 8 juta meter kubik, Kali Putih 8,2 juta meter kubik, Kali Lamat 1,4 juta meter kubik, Kali Pabelan 20,8 juta meter kubik, Kali Semawo 4,4 juta meter kubik, dan Kali Trisik 3,8 meter kubik.
PRIBADI WICAKSONO