TEMPO Interaktif, Jakarta:– Bekas Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) A.M. Hendropriyono berharap Kepala BIN yang baru, Letnan Jenderal Marciano Norman, bisa menetralisasi habitat terorisme di Indonesia.
Ideologi, kata Hendro, adalah akar masalah terorisme yang tumbuh subur di habitat masyarakat yang fundamentalis. “Terutama masyarakat muslim yang bertafsir kafiriah, yakni masyarakat yang mengkafir-kafirkan orang lain, sensitif, gampang meledak-ledak, suka kekerasan,” ujarnya di Yogyakarta, Selasa 18 Oktober 2011.
Menurut Hendro, BIN bisa memanfaatkan aparat teritorial untuk menetralkan habitat terorisme itu. “Mudah-mudahan Marciano punya pemikiran seperti ini dan mungkin bisa lebih jauh karena selama ini kita sudah makan pelajaran yang mahal,” katanya.
Meski begitu, Hendro membantah anggapan bahwa dirinya menilai Sutanto, Kepala BIN sebelumnya, sudah gagal memberantas terorisme. Menurut dia, bekas Kepala Polri itu juga sudah berbuat banyak, tapi baru sebatas pemikiran deradikalisasi.
Adapun sosok Marciano sendiri, kata Hendro, sudah tepat duduk di kursi itu. Pengamat LIPI, Jaleswari Pramodhawardani, sependapat.
Menurut Jaleswari, Marciano tak memiliki cacat dalam karier militernya. Selain memiliki pendidikan khusus intelijen, Marciano pernah menjabat Pangdam DKI Jakarta.
DPR pun mendukung. Ketua Komisi Pertahanan dan Luar Negeri Mahfudz Siddiq menilainya keputusan yang tepat. Dengan latar belakang TNI, ia berharap Marciano bisa lebih meningkatkan peran intelijen.
Mahfudz mengatakan Komisi Pertahanan memberi catatan penting dan mendorong BIN untuk menyeimbangkan antara operasi intelijen dalam negeri dan luar negeri. "Kalau diganti dari unsur latar belakang TNI, saya berharap orientasi luar-dalam ini bisa lebih kuat," ujarnya.
Setelah dipanggil Presiden, kemarin Marciano menjalani pemeriksaan kesehatan. Tapi dia enggan bicara banyak. "Saya tidak akan komentar sebelum dilantik," kata lulusan terbaik Akabri 1978 itu.
BERNADA RURIT | ILHAM | MAHARDIKA SATRIA HADI