TEMPO Interaktif, Jakarta - Amerika Serikat menyesalkan PT Freeport Indonesia yang tidak berperan cukup baik dalam penyelesaian sengketa perburuhan dengan masyarakat Papua sebagai pekerja di perusahaan tambang emas dan perak terbesar di dunia itu.
“Kami mengakui Freeport kurang cukup berperan dalam proses penyelesaian sengketa dengan kelompok organisasi buruh,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, Kurt M. Campbell, kepada wartawan di rumah Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta, Selasa, 25 Oktober 2011.
Menurut Campbell, perlu ada solusi untuk mengakhiri sengketa perburuhan ini. Amerika, ujarnya, juga mendukung pembentukan rekonsiliasi nasional di Papua. Ia berharap pemerintah pusat segera memastikan terbentuknya rekonsiliasi nasional.
Amerika, Campbell melanjutkan, prihatin atas rangkaian kekerasan yang terjadi di Papua setelah pembubaran aksi mogok karyawan Freeport yang berujung pada penembakan oleh aparat kepolisian pekan lalu yang sedikitnya menewaskan 7 orang.
Peristiwa ini harus diselidiki lebih lanjut. "Pemerintah Indonesia juga harus meningkatkan perhatian dan kepeduliannya terhadap masyarakat Papua," kata Campbell.
Baca Juga:
Dalam penyelesaian kasus-kasus kekerasan di Papua, Campbell menegaskan sikap Amerika Serikat untuk tetap mendukung otonomi khusus Papua dan keutuhan negara Indonesia.
MARIA RITA