TEMPO Interaktif, Tokyo - Jepang mulai mengintervensi yen setelah mengalami penguatan tertinggi atas dolar Amerika Serikat, kemarin. Tindakan itu diambil Pemerintah Jepang untuk melawan gerakan spekulan yang tidak mencerminkan kesehatan ekonomi negeri matahari terbit itu.
Menteri Keuangan Jepang Jun Azumi mengatakan pihaknya kembali menggerojoki pasar uang untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir. Tanpa menyebut batas waktu ataupun nilai intervensi yang dilakukan, ia menegaskan upaya ini akan terus berlanjut hingga diperoleh hasil yang memuaskan. "Saya katakan berulang kali bahwa langkah ini kami tempuh untuk melawan spekulan di pasar," kata dia seperti dikutip Reuters.
Tindakan Pemerintah Jepang ini dilakukan untuk kedua kalinya setelah Agustus lalu mereka menggerojoki pasar dengan yen senilai 4,5 triliun yen. Menguatnya yen selama beberapa pekan terakhir cukup mengkhawatirkan karena berdampak bagi industri negara tersebut yang rata-rata berorientasi ekspor.
Efek intervensi kali ini langsung terasa. Nilai tukar dolar Amerika Serikat langsung menguat 4 persen, dari 75,65 yen menjadi 79 yen pada perdagangan siang ini. Padahal pada sesi perdagangan pagi, nilai dolar justru menyentuh nilai terendah, 75,31 yen.
Selain itu di pasar emas terjadi penurunan harga hingga dua persen dan hal ini membawa kekhawatiran bagi para investor logam mulia tersebut. Penurunan tertinggi terjadi pada emas di bursa berjangka Amerika Serikat, yakni 2,3 persen menjadi US$ 1.707,7 per ounce.
Yunosuke Ikeda, analis senior Nomura Securities, mengatakan langkah pemerintah ini efektif. "Intervensi dilakukan pada saat yang tepat setelah bank sentral memberi kelonggaran pekan lalu dan diikuti aksi pembelian yen oleh spekulan," ujar dia.
Sedangkan seorang trader valuta asing di Tokyo memperkirakan tindakan pemerintah ini baru akan berhenti jika dolar sudah menyentuh di atas angka 79 yen.
FERY FIRMANSYAH