TEMPO Interaktif, Jakarta -- Bank Indonesia menguatkan prediksi Badan Pusat Statistik yang meramalkan tingkat inflasi akan rendah pada 2011. "Bisa sampai 4 persen hingga akhir tahun," kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Jakarta, Jumat, 4 November 2011.
Dengan tekanan inflasi yang rendah, kata dia, besar kemungkinan suku bunga acuan (BI rate) akan diturunkan lagi. "Kalau memang ada berbagai macam hal yang menunjukkan ada ruang untuk itu dan situasi cukup tenang, tentu kami akan mengambil langkah (kebijakan)," kata dia.
Tetapi, kata Darmin, tidak ada harga mati jika kondisi perekonomian mendukung dan ada ruang penurunan BI rate, maka kebijakan itu harus diambil. "Masih ada ruang, tapi tidak berarti otomatis melakukannya. Kami pasti mengkaji juga ekspektasi terhadap inflasi setahun ke depan," ujarnya.
"Sebab, kami juga tidak ingin kalau BI rate bulan ini turun, tapi dua bulan lagi naik. Itu tidak memfasilitasi pengambilan keputusan di dunia bisnis," kata Darmin.
Bulan lalu, Bank Indonesia menurunkan bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,5 persen. Salah satu alasannya karena BI yakin inflasi pada akhir tahun akan berada di bawah 5 persen.
BPS mengumumkan Oktober terjadi deflasi 0,12 persen. Akibatnya, catatan inflasi kalender sangat rendah, yaitu 2,85 persen (Januari-Oktober), sedangkan inflasi tahunan (Oktober 2010-Oktober 2011) 4,42 persen. Jika November-Desember terjaga, BPS melihat inflasi bahkan bisa di bawah 4 persen.
Beberapa ekonom melihat kemungkinan terjadi lagi penurunan suku bungan acuan setidaknya sebesar 25 basis poin sehingga BI rate 6,25 persen.
Tetapi, pendapat berbeda diungkapkan Presiden Direktur Bank CIMB Niaga, Arwin Rasyid yang menilai BI rate belum perlu diturunkan lagi. "Tunggu dulu. Terlalu cepat kalau di-cut lagi," kata Arwin. Ia meminta BI memantau inflasi ke depan dan kondisi global.
EKA UTAMI APRILIA