TEMPO Interaktif, Jakarta -Kontes keajaiban dunia yang melibatkan Pulau Komodo terus menuai kontroversi. Yayasan New7Wonders dinilai banyak pihak tak berkompeten dalam memberi label keajaiban dunia. Sejumlah pihak bahkan menganggap kompetisi ini penipuan.
Jusuf Kalla tak mundur selangkah pun dengan berbagai pandangan itu. Wakil Presiden periode 2004-2009 ini yakin ajang New7Wonders menjadi ajang murah menggenjot pariwisata, khususnya Pulau Komodo.
Kalla menerima wartawan Tempo Setri Yasra, Pramono, Yandi M. Rofiyandi Fanny Febiana, dan fotografer Dwianto Wibowo di rumah anaknya di bilangan Pondok Indah, Kamis 3 November 2011.
Ia bercerita di balik kisruh komodo dengan gayanya yang penuh humor dan blakblakan. Dalam sesi pemotretan, fotografer sempat meminta asesori komodo. Punya boneka komodo, Pak? “Ha, ha, ha. Tidak ada."
Simpang siur Pulau Komodo yang masuk kandidat tujuh keajaiban dunia, bahkan ada yang menyebut New7Wonders sebagai penipuan, bagaimana penjelasan dari Bapak?
Saya baru tiga minggu di sini. Oke, lihat saja video di Lisbon. (Kalla memperlihatkan video melalui Ipad-nya). Acara meriah begini, mana bisa disebut abal-abal? Gak bener sebelah mananya? Semua sudah tahu mekanisme pemilihan tujuh keajaiban dunia ini, mirip seperti idol dan sebagainya. Prosesnya memang begitu dari awal.
Dilihat dari kantornya, Duta Besar Swiss mengatakan lembaga itu kurang kredibel?
Museum itu milik keluarga. Zaman sekarang, soal ini kan diatur melalui laptop selesai. Mereka bisa kemana pun lewat laptop. Mereka mendatangi lokasi yang menjadi peserta di seluruh dunia.
Indonesia mengundurkan diri sebagai tuan rumah dalam acara anugerah New7Wonders?
Semua negara ditawarkan menjadi host, termasuk Indonesia. New7Wonders mensyaratkan bidding fee US$ 7 juta, dibayar belakangan. Biaya penyelenggaraan tergantung pada acara. Kalau mau sederhana berarti anggaran bisa ditekan. New7Wonders hanya memberikan kisaran. Tak ada mereka minta duit. Pada Agustus 2011, pemerintah minta. Malah pada 6 September 2011 menyebutkan akan ada Keputusan Presiden.
Lalu mengapa kemudian tak jadi?
Saya tak tahu dan tak pernah mau tahu. Saya baru 3 Oktober di sini. Bagi saya, ini terlantar dan bagaimana bisa menjadi begini. Kita tak mau tambah ribut. Jadi sudah disetujui dan Indonesia sanggup, tapi tak jadi. Mengapa tak jadi, padahal ini jualan paling gampang? Mengapa bisa tak jadi host. Padahal kita sempat mendesak?
Apakah Bapak konfirmasi langsung ke Pak Sapta Nirwandar?
Sebenarnya saya tak berhubungan langsung. Saya hanya diminta membantu. Saya cek, ada masalah dan tanya ke Jero. Saya telepon Todung dan dikatakan tak ada masalah soal keikutsertaan.
Bagaimana tanggapan Jero Wacik ketika ditelepon?
Dia bilang bahaya, tapi justru membuat saya tertantang untuk memeriksa. Jero bilang lembaga itu tak dipercaya. Lalu saya dikasih sejumlah dokumen yang meyakinkan acara ini. Lagi pula pemerintah tak keluar dana. Ini untuk bangsa, semua gratis.
Bapak sempat bilang, kalau komodo menang, kau juga senang?
Iya. Kan kalau ini menang pariwisata dapat. Rakyat mendukung. Akhirnya Jero mendukung, sehingga muncul surat Pariwisata ke Telkomsel karena Telkomsel minta klarifikasi.
Bagaimana ceritanya sehingga Presiden di Lombok memberi dukungan dengan SMS?
Saya bilang kepada Presiden, ini penting untuk bangsa ini. Saya ketemu di Yogyakarta pas acara Sultan.
Bagaimana reaksi SBY ketika bertemu?
Sangat mendukung. Saya jelaskan bahwa semua negara ikut termasuk pemimpinnya. Netanyahu, Obama, dan lain-lain ikut. Presiden mengacungkan jempol.
Bagaimana implikasi ekonomi ke pulau Komodo?
Nanti. Sekarang kan yang datang hanya 100 orang per hari, dulu paling banyak 50 orang per hari. Kalau berhasil, bisa 1000 per hari. Hotel dibangun. Sekali Komodo menjadi seven wonders, seumur hidup akan dipercaya. Ini cara termurah. Jadi salah satu gunanya agar komodo dijaga. Ongkos menjaga itu Rp 15 miliar per tahun.
Apakah duta komodo ini sebagai lompatan menuju 2014?
Ha,ha,ha. Saya sebulan tak mau terima. Tapi saya respek pada ibu-ibu.
Mengapa Bapak tak cepat merespons permohonan menjadi duta komodo?
Saya pikir, apa lagi ini urusan komodo. Akhirnya saya jawab ke sekretaris, ya sudah cari waktu saja. Jadi, datang sendiri itu barang, bukan saya mencari. Saya salut dengan ibu-ibu luar biasa dari berbagai profesi untuk komodo ini. Demi bangsa.
Dukungan terhadap Pulau Komodo melimpah, apa rahasianya?
Saya mengubah dari kampanye komodo menjadi ekonomi dan menurunkan biaya SMS.
Operator menganggapnya sebagai CSR?
ya luar biasa mereka dan semua orang yang mendukung. Ketika saya menyanggupi kampanye komodo, Saya mengumpulkan semua dan memberi tahu misi bangsa ini di Bimasena 10 Oktober. Pasang iklan tak bayar, dipasang iklan juga tak dibayar. Iklan di televisi ada, tapi tak ada biaya. Semua gratis. Mengapa mesti ada yang merecoki. Ini gotong royong nasional dan sangat luar biasa.
Jadi sama sekali bukan panggung?
Ha,ha,ha. Memangnya saya hanya tinggal di rumah. Tanpa ini pun semua orang kenal saya. Cuma sebulan, apa urusannya? Ini misi bagus, masa orang mikir macam-macam.
Jadi bagaimana nanti 2014?
Tidak usahlah. Gak ngomong juga sudah dianggap macem-macem.