TEMPO Interaktif, Jakarta - Dirilisnya data pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia di kuartal ketiga 2011, yang tumbuh 6,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, membuat indeks yield obligasi pemerintah reli naik. Kendati demikian, pasar obligasi domestik masih dibayangi situasi ketidakpastian dari Eropa.
Corporate Secretary dari Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Tumpal Sihombing, menjelaskan, pasar saat ini masih menunggu kejelasan rencana penyelesaian krisis Yunani setelah Perdana Menteri George Papandreou setuju untuk mundur dan menyerahkan ke pemerintahan yang baru. Yunani diharuskan memberikan pernyataan penerimaan persyaratan untuk bisa mendapat pinjaman pada akhir bulan ini senilai 8 miliar euro (US$ 11 miliar).
Selain Yunani, situasi Italia saat ini juga sedang bergejolak menyusul pihak aliansi yang menekan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi untuk mengundurkan diri sebelum dilakukan voting parlemen terhadap anggaran 2012. Yield obligasi pemerintah Italia untuk tenor 10 tahun kembali naik ke level tertingginya lagi di 6,66 persen, sebelumnya 6,37 persen. "Dengan makin tingginya imbal hasil obligasi Italia ini, pasar semakin khawatir Italia akan menjadi negara berikutnya yang akan menjadi krisis utang Eropa,” paparnya.
Padahal Italia merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga di kawasan Uni Eropa sehingga risiko dan biaya untuk menyelesaikan utang Negeri Pizza ini juga akan lebih besar. Dengan naiknya imbal hasil Italia, maka biaya untuk menerbitkan surat utang negara tersebut akan lebih mahal karena para investor akan meminta yield yang lebih besar.
Indeks Yield Obligasi Pemerintah (IBPA-IGSYC) pada perdagangan kemarin terlihat masih melanjutkan pergerakan beragam. “Belum adanya arah pasar yang jelas membuat pergerakan cenderung mixed dalam beberapa pekan terakhir,” kata Tumpal.
Obligasi dengan tenor pendek (1-4 tahun) tampak bergerak sebanyak 5,2 basis poin (bps), sementara tenor menengah (5-7 tahun) dan tenor panjang (8-30 tahun) masing masing turun 1,8 bps dan 0,4 bps. Beragamnya imbal hasil diikuti pula oleh menyempitnya spread tenor 2 dan 10 tahun ke kisaran 89 bps. Sementara surat utang negara (SUN) acuan bergerak menguat dengan kisaran 3,5 hingga 38 bps.
Menguatnya harga SUN acuan membuat indeks GBIX-Clean Price dan GBIX-Total Return berlanjut reli naik di awal pekan ini. Indeks GBIX-Clean Price ditutup naik tipis 0,0359 poin (0,03 persen) ke level 129,3776. Demikian pula dengan GBIX-Total Return yang juga naik 0,1479 poin (0,1 persen) ke level 158,8037. Sedangkan indeks GBIX-Effective Yield naik tipis 0,07 persen ke level 6,3814 persen.
Credit Default Swap (CDS), yang merupakan indikator untuk mengukur gagal bayar surat utang, SUN, dengan tenor 5 tahun turun 24,91 basis poin menjadi 203,162. CDS Cina dengan tenor yang sama turun 1,75 basis poin menjadi 134,144 dan CDS Korea Selatan juga melemah 7,49 persen. Sedangkan CDS Brasil meningkat 2,01 bps menjadi 146,07.
VIVA B. KUSNANDAR