Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Batik Gedog Tuban Naik Kelas

image-gnews
Batik gedog Tuban. TEMPO/Fully Syafi
Batik gedog Tuban. TEMPO/Fully Syafi
Iklan

TEMPO Interaktif,- : Renske Heringa terlihat berhati-hati membentangkan sehelai kain batik gedog Tuban. Bermotif flora kembang berpadu sulur, batik berwarna merah menyala itu memukau perhatian peserta undangan diskusi Tradisi Pembatikan Kampung Kerek, Tuban, di Museum Tekstil Jakarta.

Perempuan setengah baya itu adalah peneliti independen dan pensiunan dari Universitas Leiden, Belanda. Ia meneliti batik di Indonesia sejak 1970. Bahkan untuk batik gedog Tuban, Heringa boleh disebut pemberi inspirasi yang membangkitkan kembali semangat batik Tuban hingga naik kelas ke pentas dunia.

Batik Tuban tercatat sebagai salah satu batik pesisiran yang mempunyai warna beragam. Menurut Heringa, batik Tuban mirip batik Cirebon. Kemiripan ini terlihat pada pencelupan warna merah dan biru.

Batik gedog sebenarnya hampir punah. Sebab, orang sudah tidak suka lagi memintal benang. Warga Desa Kampung Kedungrejo, Kerek, Kabupaten Tuban, tempat batik itu berasal, sudah tak membatik lagi. Kalaupun ada, hanya untuk mengisi waktu luang atau pekerjaan sampingan. "Pembuatannya memang rumit. Bukan sekadar membatik dengan lilin atau malam, tapi juga ada pemintalan atau menenun," ujar Heringa.

Uswatun Hasanah termasuk penerus batik gedog yang bertahan. Pemilik label batik tulis tenun gedog Tuban Sekar Ayu ini adalah penerus batik gedog generasi ketiga. "Saya bertahan karena mendapat inspirasi dan motivasi dari Heringa," katanya.


Menurut Uswatun, perempuan Belanda yang belajar ilmu antropologi dan budaya Jawa di Universitas Amsterdam dan Leiden itu mengajarkan filosofi mendalam. "Bukan sekadar pemaparan motif batik gedog yang membuat saya terpanggil untuk konsisten dan bertanggung jawab meneruskan pekerjaan ini," kata Uswatun.

Hasilnya? Sungguh menggembirakan, batik gedog dianggap unik. Batik ini dicari dan dianggap sesuai dengan selera masyarakat kelas menengah atas, termasuk turis mancanegara. Para pembatiknya kini sadar akan potensi batik di daerahnya itu.


Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pameran batik gedog Tuban di beberapa kota dan mancanegara juga terlihat mempesona. Uswatun bahkan sering diminta mengajari pewarnaan batik gedog Tuban yang indah dan alami kepada beberapa perajin dari daerah lain.

Menurut Uswatun kegiatan membatik ini dibuat dalam tiga variasi, yakni kain tenun atau ukuran baku kain sepanjang 2 meter, kain 3 meter, dan ukuran khusus yang lebih kecil untuk selendang, syal, atau taplak. Selain panjang kain yang beragam, batik ini memiliki perbedaan kerapatan kain. Struktur tenunan yang merangkai kain akan menentukan bentuk perlakuan yang akan diterima kain selanjutnya.


Seperti kain seser, yang mempunyai kerapatan rendah dengan jalinan benang penyusun. Kain ini memiliki kerapatan rendah, sehingga terdapat celah antarbenang yang berbentuk kotak-kotak. "Kondisi ini mengakibatkan kain seser agak sulit diberi motif batik. Namun kain ini memiliki daya pikat dan kini mulai dikembangkan para perajin," ujarnya.

Menurut Heringa, batik gedog Tuban merupakan salah satu khazanah batik Nusantara. Kendati tidak setenar batik Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan, batik ini memiliki makna, baik secara filosofis maupun kekuatan ekonomis. Motif dan pembuatannya yang unik merupakan ciri khas batik gedog Tuban. "Pemakaian benang yang kasar itu pesonanya," katanya. Jadi, janganlah memandang rendah kekasaran, karena di dalamnya ada kehalusan dan seni yang tinggi. Itulah batik Gedog Tuban.


| HADRIANI P.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

37 menit lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".


Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

1 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director International Finance Corporation (IFC) Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat, Ahad, 21 April 2024. Sumber: Instagram @smindrawati
Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

4 hari lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.


PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

29 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.


Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

31 hari lalu

Batik Ecoprint dari Kampung Brontokusuman Karangkajen Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.


Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

48 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.


KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

55 hari lalu

Ilustrasi Batik. shutterstock.com
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).


Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Vespa Batik. (Foto: Piaggio Indonesia)
Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.


NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

Lancer Evo Batik. (Dok NMAA)
NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.


Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

CEO Rianty Batik, Aditya Suryadinata, ketika menceritakan pengalaman bisnisnya di Rianti Batik Malioboro, Yogyakarta, Selasa, 6 Februari 2024. Pelaku UMKM batik ini berbagi pengalaman mempertahankan bisnis ketika pandemi Covid-19 melanda. TEMPO/Riri Rahayu
Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.