TEMPO Interaktif, Paris - Prancis sangat mengkhawatirkan program nuklir Iran. Namun, Menteri Luar Negeri Prancis, Alain Juppe, menyatakan tak ketaksetujuan negeri itu terhadap rencana Israel menyerang Republik Islam tersebut.
Kepada pers, Selasa, 8 November 2011, Juppe menyatakan Prancis sangat menaruh perhatian terhadap pernyataan pemimpin Israel yang akan menyiapkan serangan militer ke Iran setelah negeri itu dituduh telah mengembangkan energi atom untuk kepentingan militer seperti yang dilaporkan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dua pekan lalu. Namun ketimbang menyerang, Prancis lebih suka PBB memberi sanksi lebih berat kepada Iran. "Tak perlu ada aksi militer."
Sebelumnya Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan darurat untuk membahas sanksi terhadap Iran yang dituduh telah mengembangkan nuklir menjadi senjata mematikan. Tetapi Rusia dan Cina memveto keputusan Dewan Keamanan.
"Kami sangat mengkhawatirkan langkah-langkah Iran. Jika terjadi aksi militer, maka akan terjadi ketidakstabilan di kawasan," kata Juppe kepada Radio RTL.
"Prancis dalam posisi menunggu dengan sabar, jika dibutuhkan sanksi lebih tegas, kami siap. Saya rasa, kita harus melakukan sesuatu yang dapat menghindari kehancuran bila terjadi aksi militer."
Dalam laporannya, IAEA menyebutkan bahwa Iran sedang mengembangkan program bom atom. Temuan itu berkali-kali dibantah Iran karena pengembangan energi atom di negerinya semata-mata untuk keperluan sipil. Menanggapi ancaman Israel, Rusia dan Cina memperingatkan negara-negara barat bahwa intervensi militer terhadap Negeri Mullah akan berdampak luas bagi ancaman keamanan dunia.
REUTERS | CA