TEMPO Interaktif, Jakarta - Awal bulan depan , 58 seniman dan perancang busana akan berkolaborasi dalam PMR Cube Contemporary Culture Interplay. Beberapa seniman yang ambil bagian adalah Astari, Altje Ully, Nus Salomo, Heri Dono, Ichwan Noor, dan Entang Wiharsa dan banyak lagi. Adapun perancang busananya adalah Andreas Odang, Barli Asmara, Jeffry Tan, Tex Saferio.
Acara itu akan digelar di Gedung Sampoerna Strategic Square, Jln. Jendral Sudirman, Jakarta, 1-6 Desember 20111. Lebih dari 100 karya seni rupa kontemporer dan busana bakal digelar di acara ini.
"Kita punya banyak seniman yang punya karya bagus dan ini merupakan pintu masuk di ajang internasional untuk mereka memamerkan karya mereka," kata Millie Stephanie, CEO Mobiliari Media Group, penyelenggara pameran.
Pameran ini, kata Millie, juga bekerja sama dengan Lorenzo Rudolf, Pendiri dan CEO Art Stage Singapura. Mereka berencana mengenalkan karya-karya seniman ini di Singapura pada waktu mendatang. Jim Supangkat akan menjadi kurator seni rupa dan Dian Muljadi serta Sebastian Gunawan menjadi kurator busananya.
Jim mengatakan, pameran ini akan menampilkan karya seni kontemporer Indonesia. Dia akan melihat beberapa tanda-tanda kesamaan dalam budaya global. Menurutnya, seni kontemporer sangat diwarnai oleh komunikasi, gaya hidup dan tanda-tanda bersifat global. Ada empat tanda seni budaya kontemporer yang bersifat global, seperti seni pop, rancangan busana, komik dan keberlanjutan tradisi. "Tetapi, di sini nanti akan banyak lebih berat ke komik, karena komik ini paling dekat dengan gaya hidup," kata Jim, yang telah berkali-kali menjadi kurator pameran seni rupa kontemporer Indonesia.
Jim pun melihat busana kini juga menjadi bahasa seni yang mewarnai gaya hidup. Karenanya mereka mengajak para perancang busana untuk ikut terlibat di dalamnya. "Bukan menampilkan rancangan busana sehari-hari atau pesanan, tapi dari idealisme dan pandangan individu perancang yang lebih lepas," ujarnya.
Dian Muljadi mengatakan, para desainer yang diundang ini telah dilihat rekam jejaknya dan diajak berdiskusi tentang konsep pameran tersebut. "Kami tidak mau perancang sebagai seniman, tapi jadi diri mereka sendiri dan lebih ke instalasi," kata dia.
Adapun Lorenzo melihat seniman Indonesia cukup baik dan sangat mendukung mereka. Menurutnya, Indonesia menjadi tempat penting. "Indonesia akan menjadi flagship di Asia," ujarnya. Krisis yang melanda Eropa dan Amerika membuat orang menengok Asia, khususnya Indonesia, sebagai pasar yang sedang berkembang.
DIAN YULIASTUTI