TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Bulan Besar--untuk masyarakat Jawa--dianggap sebagai bulan paling baik menggelar hajatan pernikahan. Bulan kalender Jawa itu bertepatan dengan November ini.
Di Yogyakarta banyak hajatan pernikahan digelar berbarengan mengakibatkan kenaikan harga-harga barang dan jasa. Inflasi naik karena pada musim penghujan ini pasokan kebutuhan pokok menurun, sedangkan permintaan tinggi.
Laju inflasi di Yogyakarta pada bulan November ini diperkirakan sebesar 0,3 persen sampai 0,6 persen. Lebih tinggi dibanding Oktober lalu yang hanya sebesar 0,19 persen.
“Pada kelompok volatile food beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga adalah beras, daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, tomat sayur, dan kacang panjang,” kata Fadil Nugroho, Peneliti Muda Senior Bank Indonesia Yogyakarta, Rabu 23 November 2011.
Ia menjelaskan terdapat gangguan pasokan dan terdapat tekanan permintaan, ditambah harga emas yang pada bulan November cenderung fluktuatif sangat mempengaruhi kenaikan inflasi.
Pantauan Tim Pengendali Inflasi (TPI) perkembangan harga-harga sampai dengan 22 November 2011 secara umum cukup banyak yang mengalami kenaikan. Khususnya pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi.
Kenaikan yang cukup tinggi terjadi pada komoditas tomat buah yang mengalami kenaikan harga hingga 61,0 persen dibanding bulan sebelumnya. Selain itu harga cabai merah mengalami kenaikan lebih dari 24 persen. Pada kelompok sandang harga emas masih mengalami kenaikan meski ada juga penurunan.
Menurut pemimpin Bank Indonesia Yogyakarta Dewi Setyowati, kenaikan harga yang cukup tinggi pada komoditas cabai karena telah musim panen sudah berakhir. Hal serupa juga terjadi pada beras yang di bulan November, Desember, dan Januari panennya minim.
Sedangkan untuk telur ayam ras jumlah produksi masih relatif stabil. Namun akibat tingginya permintaan karena cukup banyaknya hajatan di bulan November telah mendorong terjadinya peningkatan harga.
“Tapi, meski ada kenaikan harga di beberapa komoditas, ada juga yang harganya turun,” kata Dewi. Misalnya bayam, kentang, daun singkong, jeruk, dan apel.
Pada kelompok perumahan, air, listrik, dan gas, komoditas semen dan batu bata juga mengalami penurunan karena menurunnya permintaan.
Sedangkan menurut Darsono Imam Yuwono, Kepala Badan Urusan Logistik Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta, ketersediaan beras hingga saat ini 6.800 ton dan akan dikirim beras dari Jawa Timur sebesar 700 ton sebagai tambahan.
Dengan ketersediaan tersebut, total stok beras di gudang Bulog masih mencukupi untuk 3 bulan baik untuk alokasi beras miskin ke-13 maupun cadangan.
MUH SYAIFULLAH