TEMPO Interaktif, Batam - Aksi unjukrasa pekerja di Batam berlanjut Kamis, 24 November 2011, dan diperkirakan melibatkan lebih dari 20.000 orang. Sebab pekerja dari galangan kapal pun ikut bergabung.
Pukul 08.30 WIB, para pengunjukrasa telah mendatangi kantor Walikota Batam. Namun massa dihadang barikade kawat berdiri sepanjang 300 meter. Massa juga tampak lebih beringas karena di antara mereka adalah pekerja galangan kapal Drydock yang sebelumnya sempat meluluh-lantakkan bangunan milik perusahaan. Wartawan foto pun diintimidasi agar tidak mengambil gambar mereka.
Dari pantauan Tempo, pengunjukrasa terus berdatangan. Kali ini menggunakan sepeda motor. Kemarin massa menggunakan bus dan truk. "Kami akan terus berunjukrasa sampai permintaan kami dikabulkan," kata Sekretaris SPSI Kota Batam, Muhammad Nasir kepada Tempo.
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Kepulauan Riau itu berjanji akan terus memperjuangkan nasib pekerja yang selama ini menjadi sapi perah para pengusaha. "Ini adalah perbudakan modern," katanya.
Tujuan masuknya investasi untuk mengurangi pengangguran, pemerintah juga berdalih meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. "Tapi kenyataannya, tidak ada gunanya banyak investor datang ke Batam, tapi pekerja tetap tinggal di rumah liar," ujarnya bersemangat.
Pejabat Sementara Kepala Kepolisian Resor Kota Batam, Ajun Komisaris Besar Polisi Johanes Widodo tampak memberikan pengarahan kepada anak buahnya yang melakukan pengamanan. Pasukan Brimob disiagakan di pintu masuk kantor Walikota Batam serta di lantai dasar dan lantai dua. "Penjagaan diperketat," ucap Johanes.
Aksi unjukrasa pekerja dipicu ketidakpuasan atas keputusan Pemerintah Kota Batam yang menetapkan Upah Minim Kota (UMK) yang tidak sama dengan standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Nilai UMK Rp 1,280 juta, sedangkan pekerja menuntut Rp 1,7 juta per bulan. Nilai UMK tersebut sama dengan mendzolimi dan menusuk perasaan pekerja.
Sementara itu, Gagan Setiawan, 40 tahun, salah seorang dari tiga korban terkena tembakan dalam aksi unjukrasa Rabu kemarin, 23 November 2011, hingga saat ini masih dirawat di Rumah Rakit Awal Bross Batam karena luka tembak peluru karet di bagian perut. Sesama mahasiswa Universitas Riau Kepulauan mengumpulkan sumbangan untuk biaya berobat Gagan.
RUMBADI DALLE