TEMPO Interaktif, Palembang - Kondisi Jembatan Ampera sebagai jembatan utama yang menghubungkan Palembang Ulu dan Palembang Ilir saat ini memprihatinkan. Betapa tidak, dalam tiga tahun terakhir ini sudah belasan kali jembatan tersebut ditabrak oleh kapal tongkang pengangkut batu bara. Belum lagi jembatan yang dibangun 50 tahun silam itu pernah terpanggang oleh kobaran api yang melahap bangunan liar di bawahnya pada oktober 2010.
Kondisi yang sama juga terjadi pada jembatan Musi II. Jembatan yang terletak di lingkar luar Palembang itu tengah mengalami kelebihan beban yang diambang batas normal. Kedua jembatan tersebut dinilai perlu perhatian yang besar dari pemerintah agar tidak mengikuti bencana yang menimpa jembatan Kartanegara yang ambruk pada Sabtu kemarin.
Warga Kota Palembang meminta agar pemerintah setempat untuk kembali mengecek kelayakan dua jembatan utama yang ada di Kota Empek-empek itu. Meski tak memahami secara pasti, warga memastikan bila jembatan Ampera dan Jembatan Musi II kondisinya kian menakutkan jika dibandingkan dengan kondisi tiga tahun lalu. Zulkifli, warga Plaju yang hampir setiap hari melintas di atas Ampera, merasakan ayunan jembatan tersebut semakin terasa kuat. Ia khawatir Ampera akan mengalami nasib serupa dengan jembatan yang ada di Kutai Kartanegara.
Aidil Fiqri, Kepala Satuan Kerja Nonvertikal Tertentu, mengatakan kondisi Jembatan Ampera dan Musi II sudah memprihatinkan, sehingga ia perlu perawatan yang rutin dan sepanjang tahun. Sebagai langkah pencegahan saat ini tiang utama Ampera tengah dipasang fender alias pelindung dari benturan kapal besar. Sementara itu jembatan Musi II saat ini tengah diawasi secara ketat karena baut besar yang menghubungkan antarsambungan kerap terlepas.
“Kita perlu waspada Ampera dan Musi II, bukan tidak mungkin akan seperti jembatan Kartanegara bila tidak dipantau rutin. Apalagi Ampera itu sudah belasan kali tertabrak tongkang, ditambah badan jembatan pernah terbakar,” kata Aidil Fiqri, Ahad, 27 November 2011. Menurut Aidil Fiqri, berat beban Jembatan Ampera dan Musi II sudah melebihi batas normal dari beban rencana.
“Kalau baut gampang kendor dan sambungan mudah pecah itu merupakan indikasi kalau jembatan sudah tak mampu menahan beban berat. Kondisi itu sekarang sudah terjadi di Ampera dan Musi II,” katanya.
Jembatan Ampera yang dibangun pada 1962-1968 memiliki panjang 1.117 meter, lebar 22 meter dengan ketinggian 11.5 meter di atas permukaaan air. Jembatan tersebut termasuk jembatan yang paling banyak dilalui warga karena melintas tepat di tengah Kota Palembang.
Pascakebakaran yang menimpa badan jembatan Oktober tahun lalu, kendaraan barang tidak diperkenankan melintas. Sementara itu kondisi yang sama juga dialami Jembatan Musi II. Jembatan yang terletak di lingkar luar Palembang ini juga berfungsi sebagai jembatan utama lalu lintas kendaraan di lintas timur Sumatera.
PARLIZA HENDRAWAN