TEMPO Interaktif, Jakarta - Pergerakan indeks kurva yield obligasi IBPA pada perdagangan Jumat lalu masih memperlihatkan pola bearish (turun). Harga obligasi seri benchmark turun di semua tenor, sehingga memicu kenaikan imbal hasil (yield).
Corporate Secretary Indonesia Bond Price Agency (IBPA) Tumpal Sihombing mengemukakan harga obligasi sukuk global Indonesia yang berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) tertekan turun. “Krisis Eropa menjadi pemicu munculnya gejolak di pasar global, sehingga menekan harga sukuk global Indonesia,” tutur dia.
Harga obligasi sukuk global Indonesia dengan tenor 5 tahun pada akhir pekan lalu turun menjadi 112,5. Begitu pula dengan sukuk global bertenor 7 tahun juga melemah menjadi 116,55.
Harga obligasi pemerintah seri Benchmark juga cenderung turun antara 62,65 bps hingga 101,78 bps. Seri FR0055 (tenor 5 tahun) harganya turun 97,18 bps menjadi 105,75, sehingga imbal hasilnya naik 22,57 bps. Seri FR0053 (tenor 10 tahun) harganya turun 101,78 bps menjadi 110,0517, sedangkan yield-nya naik 13,59 bps. Harga seri FR0056 (tenor 15 tahun) turun 99,8 bps menjadi 110,5, sehingga yield-nya naik 10,25 bps. Dan obligasi pemerintah seri FR0054 (tenor 20 tahun) harganya juga turun 62,65 bps menjadi 118,568 mendorong kenaikan imbal hasilnya 5,44 bps.
Masih menurut Tumpal, kenaikan rata-rata imbal hasil paling tajam terjadi pada obligasi dengan tenor menengah (5-7 tahun) sebesar naik 25,4 basis point (bps), disusul tenor pendek (1-4 tahun) naik 24,2 bps, kemudian tenor panjang (8-30 tahun) juga naik 12 bps. Naiknya imbal hasil tenor pendek didorong oleh melonjaknya yield tenor 4 tahun sebesar 30,4 bps ke level 5,9396 persen. Selisih antara yield tenor 1 tahun yang mewakili tenor pendek dengan tenor 10 tahun yang mewakili tenor jangka panjang menyempit menjadi 128 bps dari 139 bps.
Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2011 akan melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya meski tetap ada keyakinan bahwa hingga akhir tahun bisa mencapai 6,6 persen. Pelemahan perekonomian di kuartal terakhir disebabkan oleh keluarnya arus modal asing (capital outflow) yang masih terjadi hingga saat ini.
Volume perdagangan Jumat lalu mencapai Rp 5,4 triliun, yang berarti turun 19,4 persen dari hari sebelumnya sebesar Rp 5,4 triliun. Demikian pula dengan total frekuensi juga turun 9,3 persen menjadi 312 kali dari hari sebelumnya sebanyak 344 kali.
Obligasi seri FR0058 (tenor 20,57 tahun, dank upon 8,25 persen) menjadi obligasi pemerintah yang paling aktif diperdagangkan senilai Rp 380 miliar dengan frekuensi 60 kali transaksi. Sedangkan untuk obligasi subordinasi II Bank CIMB Niaga tahun 2010 (tenor 9,08 tahun dank upon 10,85 persen) menjadi obligasi korporasi yang paling aktif diperdagangkan dengan nilia Rp 7 miliar dan transaksi sebanyak 6 kali.
VIVA B KUSNANDAR