TEMPO Interaktif, Jakarta - Runtuhnya jembatan kabel Mahakam II Tenggarong, Kutai Kartanegara, mengingatkan pada peristiwa Jembatan Tacoma Narrow, Washington, Amerika Serikat, pada 7 November 1940.
Jembatan ini didesain mampu menahan angin 100 kilometer (km) per jam. Namun jembatan kabel ini runtuh hanya oleh angin 64 km per jam pada usia sekitar setengah tahun. Jembatan ini dibuka 1 Juli 1940 dan runtuh 7 November pada tahun itu juga.
Tacoma Narrow Bridge merupakan jembatan kabel dengan rentang antar-tiang terpanjang ketiga dunia setelah Jembatan Golden Gate dan Jembatan George Washington. Jarak antar-tiang jembatan 0,8 km dengan tinggi 59,4 meter.
Jembatan sempat bergoyang dipermainkan angin dan resonansi dari tegangan kabel selama sekitar lima menit. Hingga akhirnya struktur bangunan tak mampu menahan bebannya sendiri. Tacoma Narrow pun runtuh.
Proses terputusnya Tacoma Narrow Bridge berbeda dengan jembatan kabel Tenggarong. Jembatan Tacoma putus di struktur dekat tiang tengah. Kabel penghubung tiang dan kabel utama putus sebagian saja. Berdasarkan sebuah investigasi, struktur terputus akibat adanya rotasi di dekat tumpuan penyangga struktur pada tiang.
Penyebab rotasi juga masih menjadi perdebatan di antara para peneliti. Ada yang menyebut akibat random turbulance, periodic vortec shedding, atau ada pula yang menyebut akibat aerodynamic instability.
Adapun Jembatan Tenggarong, seluruh kabel penghubung struktur penopang jalannya putus dan struktur penopang jalan benar-benar runtuh seluruhnya. Yang tersisa adalah kabel utama dan tiang jembatan.
Sampai kini belum ada penjelasan resmi mengenai penyebab jembatan itu runtuh. Perusahaan penyedia baja jembatan itu, Hutama Karya, menyebutkan jembatan saat kejadian masih dalam proses pemeliharaan. Hutama mengumumkan sejak awal konstruksi jembatan tak sesuai desain. Lengkungan yang dibuat berdasarkan desain tak tercapai.
Sepuluh tahun kemudian, sejumlah persoalan muncul pada jembatan, seperti penjepit yang sudah bergeser 10 sentimeter. Angkurnya atau baut pengikat sudah mulai bergerak. Masalah ini, yang dalam perawatan, hendak diselesaikan oleh Hutama Karya. "Ya, misalnya, kencengin bautnya, perbaikan lengkungan tadi, disetel lagi," kata Direktur Utama PT Bukaka Teknik Utama Irsal Kamaruddin kepada Febriana Firdaus dari Tempo.co.
Dalam hal korban, Jembatan Tacoma tak menimbulkan korban jiwa. Adapun Tenggarong menelan puluhan korban jiwa.
Di luar Tacoma dan Tenggarong, sejumlah jembatan runtuh dengan jumlah korban cukup spektakuler, antara lain
1. Jembatan Lintasan Kereta Veligonda, India, 29 Oktober 2005. Jalur kereta terempas banjir saat kereta melewati jembatan, 114 orang tewas.
2. Jembatan Lintasan Kereta Rafiganj, India, 10 September 2002. Teroris lokal menyabotase jembatan hingga mengakibatkan kecelakaan kereta hebat. Sebanyak 130 orang tewas.
3. Jembatan Eschede, Jerman, pada 3 Juni 1998 ditabrak kereta. Sebanyak 101 orang tewas dan 105 lainnya terluka.
4. Sebuah kapal menabrak bentangan Jembatan Lintasan Kereta Ulyanovsk. 177 orang tewas akibat mobil-mobil berjatuhan ke dalam kapal.
5. Hyatt Regency Walkway runtuh akibat beban, lemahnya titik pertemuan, dan kesalahan konstruksi. Sebanyak 114 orang tewas dan 200 lainnya terluka.
6. Angers Bridge atau Basse-Chaîne Bridge di Prancis pada 16 April 1850. Dugaannya akibat angin. Korbannya 226 orang tewas.
WIKIPEDIA | YOUTUBE | PUR