TEMPO Interaktif, Jakarta - Pada penutupan perdagangan Kamis kemarin kurva yield obligasi pemerintah (IGSYC) kembali memperlihatkan pergerakan bullish yang ditopang oleh penurunan di semua tenor. Maraknya sentimen positif di pasar mendorong yield (imbal hasil) obligasi pemerintah menurun sepanjang tiga hari beruntun.
Obligasi pemerintah dengan tenor panjang (8-30 tahun) turun 20,3 basis point (bps),memimpin penurunan imbal hasil semua tenor. Untuk tenor menengah (5-7 tahun) turun 7,2 bps, serta untuk tenor jangka pendek (1-4 tahun) juga merosot 13,7 bps. Bullish-nya imbal hasil ini menyebabkan selisih tenor 2 tahun dengan 10 tahun menyempit ke kisaran 110 bps dari posisi sebelumnya 124 bps.
Hasilnya, harga Surat Utang Negara seri Bencmarck di perdagangan kemarin naik dalam rentang 49,8 hingga 358 bps. Harga obligasi seri FR0056 (tenor 15 tahun) naik 358,87 bps menjadi 114,9, sehingga mendorong turun imbal hasilnya sebesar 36,01 bps. Kemudian disusul seri FR0053 (tenor 10 tahun) menguat 305,58 bps ke level 113,5558, imbal hasilnya turun 40,28 bps. Seri FR0054 (tenor 20 tahun) naik 215,9 bps menjadi 120,159, sedangkan imbal hasilnya susut 18,73. Harga seri FR0055 juga naik 49,75 bps ke 107,2945, sehingga memicu penurunan yield-nya sebesar 11,6 bps.
Corporate Secretary Indonesia Bond Price Agency (IBPA), Tumpal Sihombing, menjelaskan kendati pasar telah positif dalam tiga hari terakhir sejumlah sentimen negatif mulai bermunculan di pasar. Departeman Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) merilis data angka pengangguran per 26 November lalu naik 6.000 menjadi 402 ribu jiwa, lebih tinggi dari perkiraan 43 ekonomi Bloomberg yang memprediksikan sekitar 390 ribu.
Hal yang sama juga terjadi di Prancis. Tingkat pengangguran negara tersebut kembali naik di kuartal ketiga tahun ini. Badan Pusat Statistik Prancis menyatakan bahwa tingka pengangguran mencapai 9,7 persen, meningkat dari angka sebelumnya 9,6 persen di kuartal kedua.
Sedangkan dari Cina, aktivitas manufaktur Negeri Tirai Bambu juga turun ke level terendahnya di bulan November kemarin sejak Maret 2009. Menurut data dari Purchasing Managers Index (PMI), aktivitas industri Cina turun ke level 49. “Hal itu disebabkan oleh kekhawatiran atas pelambatan ekonomi global akan berdampak pada kinerja ekspor asal Cina,” kata Tumpal.
Dari domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) Kamis kemarin melaporkan inflasi di bulan November kemarin mencapai 0,34 persen. Dengan begitu laju inflasi tahun kalender (Januari-November) mencapai 3,2 persen. Sedangkan inflasi tahunannya (YoY) mencapai 4,15 persen.
Total volume perdagangan naik sebesar 40 persen menjadi Rp 10, triliun dari volume sehari sebelumnya senilai Rp 7,3 triliun. Frekuensi juga meningkat 20,2 persen menjadi 541 kali, yang sehari sebelumnya hanya mencapai 450 kali transaksi.
Seri FR0059 (tenor 15,46 tahun) dengan kupon 7 persen menjadi obligasi pemerintah yang teraktif diperdagangkan dengan volume Rp 1,6 triliun dan transaksi 131 kali. Sementara obligasi Clipan Finance Indonesia III tahun 2011 seri C (CFIN03C) dengan tenor 2,94 tahun dank upon 10,25 persen menjadi obligasi korporasi teraktif diperdagangkan, dengan volume Rp 7 miliar dan transaksi 6 kali.
Kondusifnya pasar finansial global kemarin juga mendorong penurunan Credit Default Swap (CDS) rupiah sebesar 16,93 bps menjadi 219,891.
VIVA B. KUSNANDAR