TEMPO Interaktif, Tenggarong - Kepolisian akan memeriksa PT Bukaka Teknik Utama menyangkut ambruknya Jembatan Mahakam II di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. "Nanti menuju ke arah sana," kata Wakil Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Brigadir Jenderal Rusli Nasution, kemarin.
Polisi masih menyelidiki dugaan kelalaian dalam proyek pemeliharaan jembatan. Menurut Rusli, polisi masih mencoba melengkapi dengan bukti-bukti pendukung, antara lain alat yang digunakan saat perawatan jembatan. Alat-alat itu tenggelam saat jembatan ambruk.
Sejauh ini, terkait dengan runtuhnya jembatan itu, polisi sudah memeriksa 26 orang. Jumat lalu, sumber di kepolisian mengatakan seorang tersangka telah ditetapkan. Saat jembatan ambruk, si calon tersangka sedang mendongkrak kabel vertikal yang menghubungkan kabel penggantung dengan permukaan jembatan. Pendongkrakan dilakukan untuk mengembalikan ketinggian jembatan yang turun beberapa tahun terakhir akibat beban kendaraan.
Pada saat jembatan didongkrak, terjadi kesalahan teknis yang berakibat titik keseimbangan jembatan bergeser. Akibatnya fatal, saat dilewati kendaraan, jembatan langsung roboh.
Direktur Utama PT Bukaka Teknik Utama, Irsal Kamaruddin, mengatakan polisi belum melayangkan surat panggilan. Ia mengakui polisi sudah memanggil pegawai Bukaka untuk dimintai keterangan.
Namun Irsal membantah tudingan anak buahnya mendongkrak kabel vertikal yang mengakibatkan jembatan roboh. Pegawainya belum melakukan perbaikan apa pun. "Kami masih dalam tahap persiapan," ujarnya kepada Tempo, Sabtu, 3 Desember 2011.
Irsal menilai polisi salah paham. Menurut dia, pegawai Bukaka memang ada di sekitar jembatan, tapi belum bekerja. Ia juga menyerahkan penilaian penyebab ambruknya jembatan kepada tim independen. "Beri kesempatan tim dari ITB, UI, UGM, dan ITS bekerja dulu," ujarnya.
Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Pekerjaan Umum, Waskito Pandu, mengatakan polisi sudah memanggil pegawai dari bagian penelitian dan pengembangan jembatan serta Direktorat Bina Teknik untuk dimintai keterangan. Ia mengakui perawatan jembatan gantung lebih sulit dibanding jembatan beton. Kesulitan itu terutama terletak pada menjaga keseimbangannya. Saat salah satu ruas diperbaiki dengan mendongkrak kabel vertikal, beban di sisi lain juga harus disesuaikan.
Dua hari sebelum jembatan runtuh, menurut Waskito, tim dari Kementerian Pekerjaan Umum melakukan survei ke sana. "Sudah ada kegiatan, tapi kabel vertikal belum didongkrak," katanya kemarin.
Sementara itu, kemarin, satu korban lagi ditemukan. Abdul Kholik adalah korban tewas ke-21 yang sudah diidentifikasi. Enam belas orang lainnya belum ditemukan.
FIRMAN HIDAYAT | FEBRIANA FIRDAUS | DEWI RINA