TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah dan Badan Urusan Logistik (Bulog) diminta untuk segera mengelola beras untuk rakyat miskin (raskin) ke-13 agar dapat terdistribusi dengan baik dan cepat. Tujuannya untuk meredam inflasi akhir tahun.
"Jangan sampai terulang kejadian tahun lalu, di mana inflasi meroket akibat kenaikan harga beras yang dipicu oleh keterlambatan distribusi raskin," kata anggota Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, Kemal Azis Stamboel, melalui keterangan tertulisnya kepada Tempo, Ahad, 4 Desember 2011.
Seperti diketahui, DPR melalui Badan Anggaran sudah menyetujui penggunaan dana stabilisasi pangan sebesar Rp 1,27 triliun untuk penyaluran raskin pada Desember ini. Raskin akan diberikan kepada 17,5 juta rumah tangga sasaran (RTS).
Menurut Kemal, keterlambatan penyaluran raskin akan menyebabkan penambahan permintaan beras yang besar karena sebanyak 17,5 juta RTS raskin akan membeli beras di pasar. "Fenomena seperti ini tidak boleh terulang dan harus diantisipasi dari sekarang," ujar Wakil Ketua Panja Inflasi dan Suku Bunga Komisi XI itu.
Badan Pusat Statistik telah melaporkan terjadinya inflasi yang relatif rendah, yakni sebesar 0,34 persen pada November 2011. Sementara inflasi year on year mencapai 4,15 persen. "Dengan inflasi tahun kalender Januari-November 2011 yang mencapai 3,2 persen, saya optimistis inflasi tahun 2011 bisa di bawah 4 persen, jauh di bawah asumsi APBN-Perubahan 2011 yang sebesar 5,3 persen," ucap Kemal.
Namun, kata Kemal, hal itu mensyaratkan alokasi raskin harus terdistribusi dengan baik. Persediaan pangan bergejolak (volatile food) dan distribusinya juga harus terkelola. Selain itu, kepastian kecukupan stok barang harus diinformasikan kepada pasar agar pedagang dan konsumen tidak panik, di mana kepanikan itu dapat menyebabkan kenaikan harga.
"Dengan demikian, tekanan inflasi pada akhir tahun yang cukup tinggi karena faktor musiman dari Natal dan tahun baru bisa dikendalikan," ujar dia.
Kemal menyatakan keberhasilan pengendalian inflasi tahun ini secara umum merupakan kontribusi penting dari kedisiplinan Bank Indonesia, pemerintah, dan dukungan ekspektasi dari masyarakat. "PR kita adalah bagaimana keberhasilan tahun ini bisa berkelanjutan sehingga inflasi tahun depan juga bisa rendah," ucapnya.
Menurut dia, jika pemerintah dapat melakukan terobosan lebih jauh untuk memperbaiki infrastruktur, maka pengendalian inflasi akan lebih baik. Demikian juga penurunan suku bunga kredit menjadi sangat penting dalam meredam biaya dana untuk kegiatan produksi.
Hal itu dinilai sangat penting karena inflasi di Indonesia juga diakibatkan ekonomi biaya tinggi karena kurang memadainya infrastruktur dan mahalnya biaya modal. "Kalau ini bisa diperbaiki, maka akan menjadi pijakan penting untuk bisa membuat inflasi relatif rendah secara berkelanjutan," kata Kemal.
BPS memperkirakan inflasi tahun ini berada di bawah 4,5 persen dan Bank Indonesia memproyeksikan sekitar 3,9 persen. Sementara Perum Bulog melaporkan, sejak awal Januari hingga akhir November, mereka telah merealisasikan penyaluran raskin sebanyak 2,98 juta ton atau 94,78 persen dari target tahun 2011.
Menurut Bulog, ada beberapa daerah seperti Bangka Belitung, DI Yogyakarta, dan Sulawesi Barat yang realisasinya sudah mencapai 100 persen. Sedangkan provinsi yang lain realisasinya sebesar 90 persen atau sekitar 98-99 persen. Namun masih ada juga beberapa daerah yang realisasinya sekitar 90 persen dari target.
PRIHANDOKO