TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan meminta pemerintah menunjuk badan usaha atau lembaga pemerintah sebagai koordinator implementasi dan pengawasan program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG).
Karen berpendapat, penunjukan tersebut diperlukan untuk menyukseskan program konversi yang telah dicanangkan pemerintah sejak beberapa tahun lalu. "Pertamina menyatakan kesiapannya untuk menjadi koordinator program konversi BBM ke gas," ujarnya saat menggelar jumpa pers program Go Gas di Hotel Shangri-La, Senin, 5 Desember 2011.
Pertamina memiliki bekal pengalaman untuk menjadi pelaksana program konversi minyak tanah ke elpiji, serta pengalaman mengelola migas dari hulu sampai ke hilir.
Pengalaman perusahaan minyak negara dalam pengembangan bahan bakar gas sudah dirintis sejak 1986. Yakni dimulai dari pengembangan Compress Natural Gas (CNG) sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor. Saat ini, Pertamina telah mengoperasikan 8 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta.
Sayangnya, penggunaan BBG belum populer. Sejak pertama kali dicanangkan, pengguna kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar gas, baik cair maupun gas bertekanan tinggi, pernah mencapai 6.000 unit.
Namun, jumlah ini justru terus menurun menjadi 2.000 unit dan 500 unit pada 2006. Karen menilai tak populernya BBG karena kebijakan harga BBM bersubsidi yang tidak dapat mendorong pemanfaatan BBG.
GUSTIDHA BUDIARTIE