TEMPO Interaktif, Jakarta - Kaya dan miskin itu relatif. Dan perencana keuangan Safir Senduk membedakan kaya dan miskin bukan dari berapa besar penghasilan.
"Orang kaya itu kalau bisa menyisihkan penghasilannya untuk menabung," kata Safir saat bedah bukunya berjudul Mengelola Keuangan Keluarga di kantor Bank Indonesia Makassar, Rabu, 7 Desember 2011.
Sementara orang miskin tak bisa menyisihkan pendapatan karena habis untuk konsumsi alias biaya hidup.
Maka, sebuah keluarga dikategorikan sehata secara keuangan jika penghasilannya punya postur seperti ini: 50 persen untuk konsumsi, 10 persen investasi dan tabungan, 10 persen untuk premi asuransi, dan 30 persen untuk cicilan utang.
Porsi 30 persen untuk cicilan utang ini masih normal dan hitungan maksimal. Dengan catatan, jenis utangnya berupa pelengkap kebutuhan keluarga yang primer seperti rumah atau mobil. "Kelolalah keuangan dengan skala prioritas ini," katanya.
SUKMAWATI