TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh. Jumhur Hidayat mengatakan angka pengiriman uang (remittance) TKI dari luar negeri ke Tanah Air hingga Oktober tahun ini mencapai US$ 5,6 miliar. "Kiriman tersebut dikirim TKI yang bekerja di Timur Tengah, Asia Pasifik, Amerika, Eropa, dan Australia," ujarnya, Jumat, 9 Desember 2011.
Nilai kiriman yang diterbitkan Bank Indonesia itu tercatat melalui pengiriman jasa perbankan yang dilakukan para TKI, dengan rincian dari TKI kawasan Timur Tengah sebesar US$ 2,2 miliar, Asia Pasifik US$ 3,2 miliar, kawasan Amerika US$ 111,7 juta, dan kiriman TKI dari kawasan Eropa dan Australia sebesar US$ 19,5 juta. Kiriman tersebut sebagian besar dari TKI yang bekerja di sektor informal penata laksana rumah tangga.
Adapun jumlah kiriman TKI yang tidak dikirim lewat jasa perbankan, diperkirakan angkanya cukup besar. Menurut Jumhur, banyak TKI yang membawa langsung uang tabungannya atau menitipkan uang lewat temannya untuk disampaikan kepada keluarga di kampung halaman. "Belum lagi uang kiriman TKI yang dihimpun kurir khusus seperti yang dilakukan TKI di Malaysia," ujarnya.
Jumhur memperkirakan total kiriman TKI sampai akhir Desember 2011 bisa menembus angka belasan miliar dollar Amerika. Prediksi tersebut didasari potensi sumbangan uang TKI ke Tanah Air setiap tahunnya yang rata-rata mencapai lebih dari Rp 100 triliun.
Kiriman TKI, dinilai Jumhur, dapat mendorong pengelolaan mikro bisnis. Sebab, dengan kiriman tersebut, keluarga TKI bisa membuat usaha, meneruskan pendidikan, memperbaiki sarana rumah, dan sebagainya. "Dalam hal ini, TKI berperan menjadi agen perubahan untuk dirinya, keluarga, maupun lingkungan sekitar," ujarnya.
Saat ini, ada sekitar 6 juta TKI bekerja di 52 negara. Dari jumlah itu, 1,7 juta di antaranya adalah TKI ilegal atau tidak berdokumen. Adapun 60 persen dari 6 juta TKI bekerja di sektor informal PLRT, dan 40 persennya sebagai TKI sektor formal di berbagai perusahaan.
ISMA SAVITRI