TEMPO Interaktif, Tenggarong - Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, akan membuka jalur transportasi Sungai Mahakam selama sehari, mulai hari ini, Sabtu, 10 Desember 2011. Pembukaan ini sekaligus memberi kesempatan bagi angkutan batu bara yang terhenti sejak ambruknya jembatan.
"Kami akan buka sehari saja biar semua bisa lewat, tapi pastinya pagi, siang, atau malam, masih akan kami rapatkan," kata Bupati Kartanegara Rita Widyasari, Jumat, 9 Desember 2011.
Ambruknya Jembatan Kartanegara di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, mempengaruhi seluruh transportasi Sungai Mahakam. Yang sangat terpukul adalah perusahaan tambang batu bara yang sama sekali tak bisa melintas sejak jembatan runtuh pada Sabtu, 26 November 2011 lalu.
PT Tanito Harum, misalnya, di awal Bulan Desember ini, perusahaan dengan izin PKP2B ini sudah bisa memenuhi permintaan batu bara dari Taiwan. Kapal induk yang mengangkut batu bara pelanggan PT Tanito Harum sudah sudah menunggu di lepas pantai. "Kami seharusnya sudah bisa melayani pembeli selanjutnya dari Korea Selatan, tapi karena kejadian ini, pasokan untuk Taiwan saja belum bisa," kata Saepulkirom, External Realtion PT Tanito Harum.
Di dermaga pengisian batu bara di Loa Tebu, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, terparkir lima ponton bermuatan batu bara. Masing-masing pontong terisi 7.000-an metrik ton batu bara siap angkut. "Kami berharap cepat selesai," katanya.
Luas konsesi Tanito mencapai 35.754 hektare (ha). Sedangkan produksi per tahun PT Tanito mencapai 3 juta metrik ton.
Perusahaan batu bara lainnya, PT Jembayan Muara Bara (JMB) pun mengalami masalah serupa. Farid Ikhsan, Relation Goverment Superintendent, menyatakan saat ini ada 11 ponton batu bara yang tak bisa keluar akibat ambruknya jembatan.
Hal serupa juga dialami PT Multi Harapan Utama (MHU). Sebelas ponton dengan volume 8.000-an metrik ton juga tak bisa melintas. Kerugian yang dialami perusahaan, menurutnya, sudah berlipat-lipat. "Satu metrik ton saja katakanlah 110 dolar, tinggal kalikan saja," kata Qistul Amal Sentosa, External Relation PT MHU.
Beruntung, pemerintah tanggap. Kantor Administrasi Pelabuhan Samarinda sebagai otoritas pelayaran, termasuk Sungai Mahakam, segera menyurati para pembeli. Dalam suratnya, Adpel menyatakan terjadi musibah.
M. Yamin AR, Kepala Operasi KPLP Adpel Samarinda, menyatakan, untuk keamanan, memang ponton belum bisa diizinkan melintas. Pertimbangan keamanannya, phylon atau dua tiang utama masih belum memberikan jaminan aman untuk dilintasi angkutan dengan kapasitas banyak dan lebar. "Ponton batu bara itu lebarnya 20 meter, sementara bentang aman melintasi jembatan hanya 25 meter," kata Yamin.
Jika dipaksakan melintas, khawatir ponton bisa menggetarkan fondasi phylon. Akibatnya, phylon bisa roboh. "Beruntung kalau robohnya tak menimpa, tapi kalau menimpa dan ada korban, siapa tanggung jawab," katanya.
Di sisi hulu Jembatan Kartanegara, sedikitnya ada 14 perusahaan dengan izin PKP2B. Jika dihitung dengan izin kuasa pertambangan atau izin usaha pertambangan, jumlahnya mencapai puluhan bahkan ratusan. Tak jauh di sisi hulu jembatan, saat ini terdapat lima ponton dengan angkutan batu bara. Mereka tertahan karena tak kunjung mendapatkan izin melintas.
Robohnya jembatan juga mengganggu jalur transportasi darat dari dan menuju Kutai Kartanegara. Sebenarnya ada jalur lain melalui jalur lama. Namun melintasi jalan lama ini membutuhkan waktu mencapai 1-2 jam perjalanan dari Samarinda menuju Tenggarong. Selain lama, kondisi jalannya juga memprihatinkan. Jalanannya sempit dan berkelok-kelok.
FIRMAN HIDAYAT