TEMPO Interaktif, Jakarta - Makin digdayanya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap euro membuat rupiah dan mata uang Asia lainnya kembali tertekan. Terdepresiasinya euro hingga ke US$ 1,3019 pagi ini kembali dapat membebani pergerakan rupiah hari ini.
Terpuruknya euro membuat greenback (sebutan dolar AS) makin digdaya terhadap mata uang dunia. Sehingga indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya melonjak 0,708 poin (0,89 persen) ke level 80,242. Padahal akhir pekan lalu masih berada di level 78,632.
Pada transaksi pasar uang Selasa kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah 54 poin (0,59 persen) ke level 9.105 per dolar AS. Melemahnya bursa dan mata uang Asia serta keluarnya investor asing dari bursa domestik turut menekan rupiah.
Pengamat pasar uang dari Bank Saudara, Rully Nova, menjelaskan, kuatnya sentimen negatif dari kawasan Eropa kembali mengganjal penguatan mata uang lokal. Jatuhnya euro hingga ke US$ 1,3167 membuat mata uang Asia, termasuk rupiah, cenderung melemah terhadap dolar AS.
"Sebelumnya, tercapainya kesepakatan para pemimpin Uni Eropa untuk menghemat anggaran secara ketat sempat membawa angin segar bagi pasar finansial global akhir pekan lalu," ujarnya.
Membaiknya data-data ekonomi Amerika yang dirilis mampu membangkitkan rasa percaya diri investor. Namun kecemasan lembaga pemeringkat utang akan memangkas rating utang negara Uni Eropa, yang membuat euro terpuruk hingga ke US$ 1,31, membuat para pelaku pasar melepas aset-asetnya dalam mata uang yang berimbal hasil tinggi dan mengalihkan ke dolar AS.
Rully memprediksi nilai tukar rupiah hari ini ditransaksikan dalam rentang 9.060 hingga 9.090 per dolar AS. Perkembangan berita dari Eropa dan tren pergerakan euro masih akan mempengaruhi rupiah.
Berkurangnya pasokan dolar AS membuat Bank Indonesia terus mengguyurkan dolar AS sehingga menggerus cadangan devisa US$ 13,32 miliar (10,69 persen) dalam tiga bulan terakhir menjadi US$ 111,32 miliar hingga akhir November lalu.
PDAT | VIVA B. KUSNANDAR