TEMPO Interaktif, Jakarta - Mantan komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Prof Soetandyo Wignjosoebroto meraih Yap Thiam Hien Award di Jakarta, Rabu malam, 14 Desember 2011. Guru besar sosiologi hukum Universitas Airlangga tersebut menyisihkan 34 nomine lainnya.
Soetandyo, 79 tahun, mendapatkan Yap Thiam Hien Award, sebuah penghargaan yang diberikan kepada pegiat hak asasi manusia. Meski bukan seorang aktivis, Soetandyo dianggap sebagai guru HAM.
“Saat menjabat sebagai anggota Komnas HAM, Pak Tandyo masuk dalam kelompok akedemisi yang banyak memberi topangan akademis atas langkah-langkah dan pendirian Komnas HAM. Pak Tandyo memberi perspektif hak asasi manusia di kala banyak orang kehilangan perspektif. Gaya hidup beliau sangatlah sederhana. Ia juga yang hidup untuk orang lain, memberikan ilmu yang bermanfaat bagi orang lain dan mencintai istri dan anak-anaknya,” ujar Roichatul Aswidah, mantan staf di Komnas HAM yang kini menjadi Deputi Riset Lembaga Kajian Demokrasi dan HAM pada sesi video di acara tersebut.
Pada pidato sambutannya, Soetandyo menekankan tentang arti penting kemanusiaan. “Manusia adalah manusia apa pun juga agamanya, rasnya, budaya, adat dan bahasanya, jenis kelaminnya, kebangsaannya, dan berapa pun tinggi-rendahnya kekayaannya atau pula apa pun jenis kelaminnya,” ujar Soetandyo.
“Perikemanusiaan merupakan martabat tertinggi bahkan lebih tinggi dari kebangsaan. Sebuah perubahan dimulai dari pola pikir, dan perjuangan saya di mind tersebut,” ujar Soetandyo.
Acara penghargaan tersebut di Auditorium Komisi Yudisial itu dihadiri Todung Mulya Lubis sebagai ketua pelaksana, duta besar, organisasi non pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat, dan mahasiswa. Dimulai pada pukul 19.40, penganugerahan tersebut diakhiri pukul 21.25 dengan penampilan Slank.
ANANDA W PUTRI