TEMPO Interaktif, Jakarta - Harga obligasi pemerintah kembali turun pada perdagangan Kamis kemarin seiring dengan masih tingginya kekhwatiran di pasar finansial global. Terdepresiasinya euro hingga di bawah US$ 1,3 memicu tekanan jual pada aset yang dianggap berisiko.
Kurva imbal hasil obligasi pemerintah (IBPA-IGSYC) pada penutupan perdagangan kemarin bergerak datar, di mana untuk tenor panjang naik sedangkan untuk tenor pendek dan menengah turun. Kenaikan imbal hasil berkisar 1,1-6,2 basis point (bps), sedangkan penurunannya sekitar 0,4 hingga 3,4 bps. Selisih imbal hasil (yield) antara tenor panjang dan jangka pendek melebar 98 bps.
Harga obligasi Seri FR0056 (tenor 15 tahun) terkoreksi 59,25 bps menjadi 113,7825 membuat imbal hasilnya naik 5,86 bps menjadi 6,8718 persen. Obligasi seri FR0053 (tenor 10 tahun) turun 34,49 bps menjadi 114,295 dan yield-nya naik 4,4 bps menjadi 6,2442 persen. Obligasi seri FR0054 (tenor 20 tahun) turun 17,25 bps menjadi 120,8275, sehingga imbal hasilnya naik 1,45 bps menjadi 7,4592 persen. Sedangkan obligasi seri FR0055 (tenor 5 tahun) justru naik 7,88 bps menjadi 107,6211 dan mendorong turunnya imbal hasil 1,92 bps menjadi 5,5258 persen.
Indeks obligasi pemerintah yang hanya menghitung perubahan harga (GBIX-Clean Price) pada perdagangan Kamis kemarin turun 0,2913 poin (0,23 persen) ke level 128,0998. Demikian pula indeks obligasi pemerintah yang menghitung semua tingkat pengembalian juga turun 0,3163 poin (0,2 persen) ke level 158,5842, menurut data dari Indonesia Bond Price Agency (IBPA).
Corporate Secretary IBPA, Tumpal Sihombing, menjelaskan pasar obligasi kembali tertekan oleh sentimen negatif dari Eropa. Terpuruknya mata uang Uni Eropa membuat investor panik dan keluar dari pasar saham dan komoditas membuat harga obligasi domestik ikut turun.
Berita terakhi, mengabarkan Lembaga Moneter Internasional (IMF) menyetujui pencairan dana talangan bagi Irlandia senilai 3,91 miliar euro (5,08 miliar). Pencairan ini merupakan bagian dari rencana pinjaman Uni Eropa senilai 85 miiar euro US$ (110,08 miliar).
“Pencairan ini dilakukan setelah IMF meninjau kinerja ekonomi negara tersebut untuk keempat kalinya,” tutur dia. Irlandia berhasil mendapat kucuran dari IMF setelah negara tersebut mampu menjaga komitmen dalam rencana pemberian pinjaman EFF senilai US$ 30 selama tiga tahun.
Dari Amerika Serikat, data ekonomi yang dirilis kembali menggembirakan. Data klaim pengangguran AS hingga 10 Desember lalu turun menjadi 19 ribu menjadi 366 ribu, juga lebih rendah dari perkiraan para analis sebelumnya sebesar 390 ribu. Indeks manufaktur Negeri Abang Sam juga naik.
Sebagai tambahan informasi, Tumpal mengatakan Indonesia kini masuk level investment grade (layak investasi) setelah Fitch menaikkan peringkat utang Indonesia satu notch menjadi BBB--dari posisi sebelumnya BB+--dengan prospek stabil.
Total volume perdagangan obligasi kemarin turun disertai dengan naikknya frekuensi transaksi. Nilai perdagangan turun 8,8 persen menjadi Rp 6,8 triliun, sedangkan frekuensinya naik 46,5 persen menjadi 370 transaksi. ORI0078 yang memiliki kupon 7,3 persen dan tenor 2,83 tahun tercatat sebagai obligasi pemerintah yang paling aktif diperdangangkan dengan volume Rp 473 miliar dan frekuensi 229 kali.
Sementara obligasi berkelanjutan U Antam tahap 1 tahun 2011 seri B (ANTM01BCN) menjadi obligasi korporasi paling sering diperdagangkan senilai Rp 43 miliar dengan transaksi 38 kali.
VIVA B. KUSNANDAR