TEMPO.CO, Jakarta - Terdepresiasinya euro hingga di bawah level psikologis US$ 1,3 membuat dolar Amerika Serikat makin perkasa terhadap mata uang utama dunia. Akibatnya, rupiah dan mata uang Asia lainnya juga cenderung tertekan sepanjang minggu lalu.
Kekhawatiran penghematan fiskal secara ketat negara Uni Eropa dapat memperlambat ekonomi kawasan serta ancaman dari lembaga pemeringkat internasional yang akan memangkas rating negara Eropa membuat mata uang euro merosot hingga ke level US$ 1,29.
Nilai tukar rupiah minggu lalu sempat melemah hingga ke level 9.200 per dolar AS karena kuatnya sentimen negatif di pasar. Namun upaya Bank Indonesia (BI) menjaga mata uangnya agar tidak bergerak terlalu lebar membuat rupiah berhasil menguat di akhir pekan lalu.
Berita positif masuknya peringkat Indonesia ke level investment grade (layak investasi) setelah Fitch Ratings menaikkan peringkat Indonesia satu notch menjadi BBB, dengan prospek stabil, mampu dimanfaatkan oleh rupiah untuk kembali mendekati level 9.000 per dolar AS.
Pengamat pasar uang dari PT Pacific Duaribu Futures, Abidan Saragih, menjelaskan masuknya peringkat investasi Indonesia ke level layak investasi memberikan angin segar bagi para pelaku pasar. Di tengah turunnya peringkat negara Eropa, rating Indonesia justru naik sehingga mengembalikan rasa percaya diri investor untuk kembali memegang mata uang lokal.
Tren euro yang cenderung akan melemah dan jatuhnya harga emas membuat dolar AS masih akan diburu para pelaku pasar yang membuat tekanan rupiah di pasar akan tetap ada.
Abidan memprediksi rupiah pekan ini akan ditransaksikan dalam kisaran yang masih lebar, yaitu 9.000-9.200 per dolar AS. “Karena faktor eksternal, terutama masalah krisis utang Eropa masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah minggu ini,” ucapnya.
PDAT | VIVA B KUSNANDAR