TEMPO.CO, Jakarta -Markas Besar Kepolisian RI membantah kebenaran isi video pembantaian warga Mesuji, Lampung, yang beredar luas. Tayangan dalam video itu disebut banyak yang direkayasa. “Korbannya tidak sebanyak itu,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution di Jakarta, Senin, 20 Desember 2011.
Menurut Saud, jumlah korban tewas dalam peristiwa Mesuji hanya tujuh orang, yang terdiri atas dua penduduk dan lima karyawan perusahaan perkebunan sawit. Dia menjelaskan, peristiwa dan latar dalam video tersebut diambil dari tempat yang berbeda-beda.
Gambar potongan kepala juga berbeda dengan badannya. “Seakan-akan kepala yang terpisah dengan badan yang terpenggal, padahal bukan,” ujar Saud.
Saud berjanji, kepolisian akan menyelesaikan kasus Mesuji. Saat ini pihaknya menunggu tim penyelidik yang mencari kebenaran kasus tersebut. Sembari menunggu, dia meminta masyarakat tidak memberi opini yang berlebihan terhadap video itu.
Satu video yang beredar antara lain memuat potongan kepala yang sudah terpisah dari tubuhnya. Dalam video terdengar pula beberapa kata yang sekilas berasal dari bahasa dan logat Melayu.
Di ujung tayangan video, ada bagian yang diawali dengan kalimat salam dan pernyataan bahwa pelaku pemenggalan adalah Patani Darussalam. Dia menyatakan telah membunuh untuk membela rakyat.
“Kami sejauh ini tak nak lah. Aaa mako itu, diam! Dengar!” kata dia, yang menutup upacara dengan seruan Allahu akbar, Patani Darussalam, dan pekik merdeka beberapa kali.
Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang juga Ketua Tim Gabungan Pencari Fakta, Denny Indrayana, menyatakan sulit menentukan kebenaran video yang berdurasi 7 menit 21 detik itu. Berdasarkan laporan anggota tim, Denny mengungkapkan, benar ada korban jiwa dalam pertikaian lahan antara warga dan perusahaan sawit di sana.
Tapi, Denny menambahkan, ada kemungkinan terdapat potongan video yang berasal dari luar Lampung atau bahkan luar Indonesia. “Tim akan minta ahli telematika untuk meneliti,” kata dia.
ILHAM | IRA GUSLINA | FRANSISCO