TEMPO.CO, Jakarta - Korban pembatalan konser CNBlue, boy band Korea Selatan, tak cuma maestro pianis Ananda Sukarlan, tapi juga sejumlah mahasiswa Jakarta. Ananda sempat menjadi korban “alamat palsu”. Komposer musik klasik ini mengisahkan kekesalannya atas pencatutan alamat Yayasan Musik Sastra Indonesia dan Ananda Sukarlan Center oleh Starlight Management dalam blog pribadinya, andystarblogger.blogspot.com. (Lihat: Ananda Sukarlan Tertimpa “Alamat Palsu”).
Sejumlah korban lain belakangan mengisahkan pengalamannya. Frita Kaumbo, mahasiswa berusia 23 tahun asal Manado, misalnya, sengaja membuka tabungannya demi bisa menyaksikan konser CNBlue. Duit sudah keluar Rp 1.056.000 untuk dua tiket kelas skyblue, tiket termurah. "Itu tabungan dari kerja sampingan," kata Frita pada Selasa, 20 Desember 2011.
Frita tak menyangka konser yang seharusnya berlangsung 26 November 2011 itu dibatalkan. Dalam situs resminya, dua hari sebelum perhelatan, Starlight Indonesia mengumumkan alasan pembatalan konser. Mereka gagal menggenapi salah satu poin dari perjanjian dengan artis, yaitu memenuhi 80 persen kapasitas tempat hingga tiga hari sebelum acara. Starlight berjanji bertanggung jawab untuk mengembalikan uang pembelian tiket yang mekanismenya akan diumumkan kemudian.
Bagaimana realisasinya? "Mereka janji mau mengembalikan uang tiket, tapi tidak memberi batas waktunya sampai kapan," keluh Frita. Perempuan yang sedang studi kedokteran ini tetap berharap uangnya bisa kembali. Dua pekan lalu, manajemen Starlight mengiriminya surat elektronik dengan alamat pr.starlight@yahoo.com dan pesan bahwa promotor berjanji mengembalikan biaya tiket. Itulah pesan terakhir yang diterimanya. Hingga kini uang belum diterimanya.
Maria Wijaya lebih beruntung. Mahasiswi Universitas Bunda Mulia ini berhasil mendapatkan pengembalian duit dari Starlight senilai Rp 2.530.000 untuk empat tiket pada Sabtu, 17 Desember 2011. "Itu pun setelah aku cecar di Twitter dan e-mail. Aku bilang mau dibawa ke jalur hukum," kata gadis berusia 21 tahun itu.
Sebelum membeli tiket, sebenarnya Maria punya firasat tidak enak. Ia agak ragu membeli tiket dari Starlight karena promotor ini belum pernah mendatangkan artis. "Sudah diingetin teman, tapi karena aku suka CNBlue, ya aku beli," katanya.
Tapi, cinta idola mengalahkan logika. Maria kalap memborong empat tiket. Lalu muncul kasus pembatalan konser. "Sekarang kalau mau beli konser, aku lihat promotornya," kata Maria yang mengaku bersedia menjadi saksi apabila kasus ini dibawa ke jalur hukum.
Dalam situsnya, Starlight menyatakan akan bertanggung jawab penuh kepada pembeli tiket konser. Perihal mekanisme pengembalian tiket akan diumumkan secepatnya. Data di situs resmi mereka, baru sekitar 80 orang yang memperoleh uang pengembalian tiket, dari 3.600 tiket yang terjual. Selain memberikan alamat palsu, ternyata promotor ini tidak terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kini sejumlah pembeli tiket telah mengadukan kasus ini ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia untuk mendapatkan hak mereka.
DIANING SARI