TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Djimanto, memperkirakan ekspor produk sepatu asal Indonesia pada 2012 mencapai US$ 2,7 miliar atau sekitar Rp 24,3 triliun. Angka tersebut meningkat US$ 200 juta atau sekitar Rp 1,8 triliun dari nilai ekspor 2011.
“Tahun ini kami perkirakan (nilai ekspor) mencapai US$ 2,5 miliar (atau sekitar Rp 22,5 triliun),” tutur Djimanto kepada Tempo, Rabu, 21 Desember 2011.
Menurutnya ada dua hal yang mendongkrak volume ekspor produk sepatu Indonesia tersebut. Pertama, meningkatnya permintaan dari negara-negara pembeli seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea Selatan, serta Timur Tengah.
Kedua, bertambahnya permintaan dari Amerika Serikat karena para distributor dan retailer negara itu mengalihkan permintaan dari Cina ke negara-negara Asia Tenggara. “Termasuk Indonesia. Sebab, harga produk sepatu dari Cina dianggap sudah terlalu mahal karena penguatan nilai tukar yuan dan ongkos produksi di sana sudah berlipat,” ucap Djimanto.
Padahal selama ini impor sepatu Amerika Serikat 80 persen di antaranya berasal dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Adapun ekspor sepatu Indonesia ke Negeri Abang Sam selama ini hanya 30 persen dari total ekspor. Sedangkan 40 persen ke Eropa, dan 30 persen sisanya ke Jepang, Korea, Timur Tengah, serta Afrika.
Sebelumnya dalam siaran pers Atase Perdagangan Indonesia di Washington hari ini menyebut Footwear Distributors and Retailers of America (FDRA) menyatakan komitmennya untuk meningkatkan permintaan produk alas kaki dari Indonesia. Asosiasi itu juga menyatakan akan melakukan diversifikasi sumber produk alas kaki dari Cina ke Indonesia.
Anggota FDRA mewakili sekitar 80 persen penjualan produk alas kaki di Amerika, dan produk mereka juga telah memasuki pasar dunia. FDRA dan Aprisindo telah menandatangani nota kesepahaman yang melingkupi peningkatan kerja sama, peningkatan kapasitas, pertukaran data dan informasi, serta promosi bersama.
ARIF ARIANTO