TEMPO.CO, Malang - Kawanan banteng (Bos javanicus) turun dari kawasan hutan dan memasuki pemukiman warga di Dusun Lenggoksono, Desa Purwodadi Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jumat, 23 Desember 2011.
Tiga ekor banteng yang terdiri dari seekor banteng jantan, betina, dan anaknya turun dan membuat panik warga. "Untung banteng tak mengamuk," kata Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Pemkab Malang, Bagiyo Setiono.
Kini petugas Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam III Jawa Timur menenangkan warga agar tak terjadi konflik antara banteng dan warga. Sebelumnya, tiga bulan lalu, seorang warga tewas diseruduk banteng liar. Warga kemudian menyembelih satwa langka tersebut dan membagikan dagingnya ke seluruh warga setempat.
Kawanan banteng tersebut, katanya, memasuki ladang ketela pohon warga setempat. Warga menganggap banteng tersebut turun ke pemukiman untuk mencari pakan rumput yang tumbuh di ladang warga.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur, Sunandar Trigunajasa, mengatakan kawasan hutan lindung di Tirtoyudo adalah habitat kawanan banteng liar. Pada 1994 terdata jumlah banteng mencapai 20 ekor. "Kemudian lama tak terlihat," katanya.
Hingga kini, tak diketahui secara pasti berapa jumlah banteng di hutan Malang selatan tersebut. Namun, ia mengingatkan warga agar tak membunuh dan menangkap satwa liar yang dilindungi tersebut. Para pelaku diancam hukuman penjara dan denda.
Ketua ProFauna Indonesia Rosek Nursahid menilai habitat banteng terdesak pemukiman dan ladang penduduk. Sepuluh tahun terakhir, populasi banteng tinggal lima ekor. Bahan pakan menipis menyebabkan banteng turun ke pemukiman.
Rosek mengusulkan agar habitat banteng ditetapkan sebagai lahan konservasi khusus banteng karena binatang itu merupakan satwa langka. Populasi banteng di Jawa Timur terus turun secara drastis hingga tersisa 10 persen. "Kementerian Kehutanan harus membuat kawasan konservasi khusus banteng di Malang," ujarnya.
Rosek menambahkan, kini pemerintah perlu meneliti kawasan hutan yang tepat sebagai kawasan konservasi, terutama hutan yang jauh dari pemukiman dan tak pernah ada konflik dengan manusia.
EKO WIDIANTO