TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menginstruksikan kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto dan khususnya Kapolri Jenderal Timur Pradopo untuk melakukan penyelidikan mendalam atas peristiwa yang terjadi di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Termasuk dugaan penembakan yang dilakukan anggota Brimob Polda NTB yang menewaskan dua mahasiswa, yaitu Arif Rahman dan Syaiful.
"Presiden sudah instruksikan ke Kapolri untuk diinvestigasi. Kita tunggu informasi dari polisi (laporan terbarunya)," ujarnya saat dihubungi Tempo, Minggu 25 Desember 2011.
Menurut Julian, Presiden SBY juga menegaskan agar aparat sebisa mungkin menghindari tindak kekerasan. Jika ada oknum atau provokator dalam kisruh tersebut, agar segera diproses secepatnya.
"Kapolri diminta mengontak Kapolda di sana untuk memastikan apa yang terjadi. Jika memang benar ada yang di luar standar operasional prosedur (SOP), segera proses," ujarnya.
Soal desakan beberapa pihak untuk mencopot Kapolda NTB dan Kapolres Bima, Julian menyerahkannya ke pihak kepolisian. "Soal itu silakan ditanyakan ke Kapolri," ujarnya.
Peristiwa penembakan ini terjadi saat terjadi pemblokiran Palabuhan Sape, Kabupaten Bima, NTB, dilakukan oleh mahasiswa dan warga. Tindakan itu dilakukan sebagai ekspresi kemarahan terhadap Bupati Bima. Mereka meminta Bupati Bima mencabut SK Nomor 188/45/357/004 tahun 2010 tentang izin eksplorasi pertambangan PT Sumber Mineral Nusantara. Namun pihak pemerintah daerah bergeming.
Aksi ini dibubarkan paksa oleh polisi. Tindakan pembubaran dilakukan dengan cara menembak para demonstran. Akibatnya beberapa pendemo yang terdiri dari beberapa aktivis mahasiswa dan masyarakat harus meregang nyawa dan terbaring kritis di Rumah Sakit Daerah Kota Bima.
MUNAWWAROH