TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Kepolisian Daerah Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Helmy Santika, meminta masyarakat tidak menggeneralisasi angkutan kota (angkot) dan sopir "tembak". Meski kasus perampokan dan pemerkosaan dalam angkot kembali menjadi perhatian publik, Helmy mengatakan angkot tidak identik dengan kriminal.
“Karena kasus ini jangan kemudian digeneralisasi semua angkot itu bahaya dan sopir tembak itu kriminal,” kata Helmy di Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Selasa, 27 Desember 2011 malam.
Helmy mengatakan komplotan perampok spesialis dalam angkot yang baru ditangkap polisi sepekan terakhir ini sesungguhnya bukan sopir tembak. Menurut Helmy, mereka adalah penjahat yang semata-mata menggunakan angkot untuk sarana kejahatan. “Mereka itu perampok yang kerja sampingan sebagai sopir tembak. Bukan sopir tembak yang menjadi perampok,” kata Helmy.
Sejauh ini polisi sudah menangkap tujuh penjahat yang terkait dengan kasus perampokan dan pemerkosaan terhadap Rs, 35 tahun, perempuan tukang sayur asal Depok, pada 14 Desember lalu.
Empat di antaranya terlibat langsung perampokan dan pemerkosaan terhadap Rs. Mereka adalah Johanes Brian Richo, 18 tahun; Deden Rosadi, 18 tahun; pacar Johanes, Aida, 19 tahun; dan Saad Dali Munthe, 19 tahun. Saad ditangkap di Medan, Sumatera Utara, sementara yang lain di Bandung, Jawa Barat. Yohanes adalah residivis kasus penggelapan yang dipenjara pada 2009.
Kemarin, polisi menangkap Kris, 20 tahun; C, 20 tahun; dan R, 19 tahun. Kris dan R juga residivis. “Kasus pencopetan dan kepemilikan senjata tajam,” kata Helmy.
Kepala Unit Bunuh Culik Jatanras Ajun Komisaris Budi Hermanto mengatakan ketiganya adalah komplotan Johanes yang hampir selalu menggunakan angkot sebagai sarana kejahatan mereka. Sasarannya adalah pengendara motor dan pejalan kaki. Setiap melakukan aksi, mereka pasti melukai korban.
Kepada polisi, mereka mengaku setidaknya sudah merampok sepuluh kali. “Mereka tidak segan-segan melukai korban. Bahkan ada yang meninggal dibacok,” kata Helmy. Namun ketiga orang ini tidak terlibat perampokan dan pemerkosaan terhadap Rs pada malam jahanam itu.
Helmy mengatakan bahwa tidak semua angkot di Ibu Kota dikemudikan penjahat. Juga tidak semua sopir tembak adalah pelaku kriminal. Untuk menghindari kejadian serupa pada masa mendatang, Helmy berharap sopir-sopir bisa diatur lebih rapi sehingga angkot tidak jatuh ke tangan penjahat. “Misalnya, dilengkapi seragam dan kartu pengenal.”
ANANDA BADUDU