TEMPO.CO, Jakarta - Tahun depan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. akan menambah 50 gerbang tol otomatis (GTO) untuk mengembangkan sistem E-Toll Pass. Sistem ini, menurut Direktur Operasional Jasa Marga, Adityawarman, efektif untuk mengurangi antrean di gerbang tol. “Mobil bahkan tidak perlu berhenti,” katanya saat konferensi pers akhir tahun di Kantor Pusat Jasa Marga, Kamis 29 Desember 2011.
Penambahan alat di gardu otomatis ini akan difokuskan di area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang padat volume kendaraannya. Saat ini alat GTO baru ada di empat gerbang tol, yaitu Cililitan, Cengkareng, Halim, dan Kapuk. GOT merupakan pengembangan E-Toll Card yang sudah ada sejak 2009. Selain itu alat ini juga akan diujicobakan di Medan dan Surabaya.
Adityawarman mengatakan, diperlukan setidaknya 20 persen pengguna jalan tol yang memanfaatkan teknologi E-Toll Pass dan E-Toll Card ini. “Kalau nilai itu terpenuhi, antrean di gerbang tol biasa maksimal hanya 5 sampai 10 kendaraan,” ujarnya.
Namun, memang harga alat itu diakuinya masih terlalu mahal. “Sekarang harganya masih Rp 500.000,” kata dia. Jasa Marga sendiri menginginkan PT Bank Mandiri Tbk selaku penjual alat bisa membuat skema pembelian yang memudahkan pelanggan.
“Kami ingin harga bisa turun sampai Rp 300 ribu, atau paling tidak bisa dicicillah,” tuturnya.
Pihak Jasa Marga berharap sistem E-Toll Pass ini bisa lebih gencar dipromosikan. Pasalnya, dengan sistem ini waktu untuk melewati gerbang tol bisa dipangkas menjadi sekitar 2 detik dari sekitar 5 detik waktu yang diperlukan sekarang. Untuk mengembangkan sistem ini, Jasa Marga hanya berkewajiban memasang alat pemancar sinyal untuk On Board Unit. Sisanya, diinvestasikan oleh Bank Mandiri.
Selain dengan sistem E-Toll Pass, Jasa Marga berusaha mengurangi antrean dengan mengubah jadwal kerja di gerbang-gerbang area Jabodetabek. “Kami sudah sepakat jam 5 pagi semua gerbang tol di wilayah Jabodetabek sudah beroperasi,” tuturnya. Sebelumnya pergantian petugas baru dilakukan jam 6 pagi. Padahal, gerbang tol yang menghubungkan Jakarta dengan daerah-daerah penyangga sudah padat sejak pukul 5.30.
Frans Sunito, Direktur Utama Jasa Marga, menambahkan, kedua sistem ini hanya efektif untuk mengurangi antrean di gerbang, bukan mengatasi kemacetan di jalan tol. “Kalau soal kemacetan itu sudah masalah nasional,” kata Frans.
Pasalnya Jasa Marga juga gerah dengan menumpuknya kendaraan di jalan tol. Ini disebabkan pertumbuhan volume kendaraan yang jauh lebih cepat dari kemampuan Jasa Marga mengembangkan jalan. “Harus segera dibuat sistem transportasi massal yang baik. Jasa Marga terbentur oleh masalah lahan,” ujarnya.
ANGGRITA DESYANI