TEMPO.CO, Jambi - Sedikitnya lima siswa SD di Kota Jambi positif terinfeksi virus HIV dan AIDS. "Jumlah itu bisa saja lebih karena masyarakat masih menganggap kasus ini masih tabu, sehingga menutup diri dan tidak mau memeriksakan diri," kata Ahmad Chandra, pengelola program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota jambi, Senin, 2 Januari 2011.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, kasus yang menimpa anak-anak di daerah ini menurut Chandra diduga akibat transfusi darah karena bapaknya positif terinfeksi, sedangkan ibunya negatif.
"Yang pasti dengan melihat kondisi ini sepatutnya semua pihak harus prihatin dan berupaya untuk sama-sama melakukan pencegahan. Jangan sampai jumlahnya kian meningkat," ujarnya.
Berdasarkan data KPA Kota Jambi, sepanjang 2011 tercatat penderita HIV sebanyak 315 orang dan AIDS 39 orang. Jumlah ini meningkat dua kali lipat bila dibandingan dengan setahun sebelumnya.
"Penderita umumnya masih berusia produktif 18-40 tahun, sementera tingkat kematian akibat virus ini di Kota Jambi rata-rata mencapai 50 orang per tahun," kata Chandra.
Penderita HIV/AIDS di Kota Jambi telah merambah semua lapisan masyarakat, mulai dari siswa, mahasiswa, pegawai negeri sipil, dan masyarakat umum.
Lebih lanjut Chandra menjelaskan sekurangnya ada lima penyebab penularan HIV/AIDS, antara lain pengguna narkoba suntikan, pelacur, homoseks, dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Penularan sendiri umumnya melalui darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu (ASI), dan persalinan tidak steril. "Penyebaran terbanyak akibat homoseksual dan heteroseksual," ujarnya.
Upaya untuk menghambat penyebaran, KPA Kota Jambi telah melakukan berbagai upaya, di antaranya dengan membagi-bagikan kondom gratis di daerah lokalisasi, pembentukan kader sebaya, pembentukan komunitas warga peduli HIV/AIDS. Menurut Chandra, upaya lain untuk menyebarluaskan informasi tentang bahayanya virus ini dibutuhkan peran media massa.
Sementara itu Muhammad Usman, Koordinator Divisi Etik Aliansi Jurnalis Independen Kota Jambi, mengemukakan pengalamannya saat ikut beberapa kegiatan peliputan dan pelatihan tentang HIV/AI. Menurutnya, para penderita sangat tertutup terhadap orang lain, termasuk kalangan jurnalis.
"Jangankan kepada orang lain, kepada keluarga sendiri pun sangat tertutup. Belum lagi ditambahkan pandangan sebagian besar masyarakat Indonesia yang menganggap terjangkit virus ini dikucilkan dalam pergaulan. Untuk itu peran aktif kalangan jurnalis sangat dibutuhkan agar dapat mengubah paradigma tersebut," ujarnya.
SYAIPUL BAKHORI