TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Armida Alisjahbana, memprediksi industri nonmigas berpotensi tumbuh melebihi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 7.226 triliun. "Gap pertumbuhan industri nonmigas dan pertumbuhan PDB semakin mengecil sehingga keduanya hampir sama," ujarnya pada paparan kinerja di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Rabu, 3 Januari 2012.
Pertumbuhan industri nonmigas didorong pertumbuhan industri logam dasar, besi, dan baja yang meningkat 15,3 persen, industri tekstil, barang dan alas kaki yang mencapai 8,63 persen, industri makanan dan tembakau yang mencapai 7,29 persen. "Yang kami syukuri, yang tumbuh adalah industri yang padat karya."
Pemerintah optimistis target pertumbuhan ekonomi pada pada tahun 2012 sebesar 6,7 persen bakal tercapai. Faktor yang mendorong optimisme itu berasal dari sisi pengeluaran dan sisi produksi.
Sebab, untuk sisi pengeluaran, pemerintah akan menjaga konsumsi masyarakat yang mencapai 53 persen dari PDB dan pemerintah serta investasi yang masuk, baik investasi asing maupun lokal, serta masyarakat yang bergerak di bidang usaha kecil dan menengah.
Dari sisi produksi, beberapa sektor terus mengalami pertumbuhan, di antaranya pertanian yang tumbuh 3,2 persen; pertambangan 2,4 persen; industri pengolahan 5,9 persen; listrik, gas, dan air bersih 5,5 persen; bangunan 6,5 persen; perdagangan, hotel, dan restoran 9,1 persen; pengangkutan dan komunikasi 10,6 dan keuangan, penyewaan, jasa usaha 6,8 persen. "Industri pengolahan progress-nya akan meningkat. Namun, untuk pertanian belum sebesar tahun 2009," kata Armida.
Dengan ekonomi dunia yang melambat dan ketidakpastian global, menurut dia, dibutuhkan upaya yang keras guna memperkuat permintaan dalam negeri. "Efektivitas belanja APBN akan dimaksimalkan, terutama pada belanja modal," katanya. Sektor pertanian dan industri pengolahan harus didorong agar lebih baik dari tahun sebelumnya.
Armida menyatakan pada tahun lalu penanaman modal langsung didominasi pada sektor sekunder yang disumbang terbesar oleh kenaikan penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri pada sektor industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik. Sedangkan penurunan penanaman modal pada sektor tersier lebih banyak untuk sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi. "Ini didorong oleh tingginya permintaan domestik untuk konstruksi dan industri kendaraan bermotor," katanya.
Ia menegaskan untuk mendorong hal tersebut, pemerintah terus melakukan upaya perbaikan terutama pada infrastruktur dan birokrasi yang selalu menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi. "Kami akan fokus pada masalah masalah tersebut," katanya.
ALWAN RIDHA RAMDANI