Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Polisi Akhirnya Hamburkan Peluru di Bima

image-gnews
Sejumlah anggota Brimob Polda NTB berjaga mengantisipasi keamanan pasca bentrok di Pelabuhan Sape, Kecamatan Sape, Bima, Kabupaten Bima, NTB, Minggu (25/12). Anggota Brimob Polda NTB melakukan penjagaan di seluruh areal Pelabuhan termasuk di depan pintu gerbang yang juga melibatkan kendaraan lapis baja. ANTARA/Rinby
Sejumlah anggota Brimob Polda NTB berjaga mengantisipasi keamanan pasca bentrok di Pelabuhan Sape, Kecamatan Sape, Bima, Kabupaten Bima, NTB, Minggu (25/12). Anggota Brimob Polda NTB melakukan penjagaan di seluruh areal Pelabuhan termasuk di depan pintu gerbang yang juga melibatkan kendaraan lapis baja. ANTARA/Rinby
Iklan

TEMPO.CO:- Suasana Pelabuhan Sape, Sabtu 24 Desember pagi masih diliputi ketegangan. Seratusan warga dari Kecamatan Sape, Kecamatan Langgudu, dan Kecamatan Lambu masih memblokir pelabuhan yang menjadi pintu masuk jalur laut menuju Bima.

Massa berkukuh tidak akan mundur sebelum Bupati Bima mencabut Surat Keputusan Nomor 188/45/357/004/2010 tentang izin eksplorasi PT Sumber Mineral Nusantara. Wakil Ketua Komnas HAM Ridha Saleh memastikan warga bertahan melakukan pemblokiran yang sudah berlangsung sejak 19 Desember 2011 warga tidak melakukan tindakan anarkis. “Warga sama sekali tidak berniat melakukan perusakan dan menyerang aparat,” ujar Ridha di kantornya, Selasa, 3 Januari 2011.

Sabtu pagi itu, sebelum kerusuhan pecah sekitar pukul 06.00 WITA kepolisian pun melakukan gelar pasukan yang dipimpin Kepala Polresta Bima, AKBP Kumbul. Pasukan terdiri dari 897 pasukan yang berasal dari Polresta Bima, Polres Dompu, Polres Sumbawa, Polres Bima, dan Polres Sumbawa Barat.

Pasukan pun menempati 9 titik yang sudah ditentukan oleh polresta. Di antaranya dua kompi di gerbang utama menuju pelabuhan Sape, satu kompi di jalan jalan menunju Lambu, dan dua kompi di jalan utama desa.

Saat akan masuk gerbang utama pelabuhan yang diblokir massa, Kapolresta Bima kembali melakukan negosiasi dengan pendemo. Namun Negosiasi tidak membuahkan hasil karena massa meminta Bupati segera mengeluarkan bukti tertulis pencabutan izin PT MSN. “Saat itulah Kapolresta melakukan pembukaan pintu gerbang secara paksa,” lanjut Ridha.

Menurut catatan Komnas saat polisi memaksa masuk pelabuhan pada sekitar pukul 07.00 WITA itu, tidak ada perlawanan dari massa. Bahkan warga mengikuti perintah polisi untuk mundur, duduk dan meletakkan senjata. Namun saat masuk ke pelabuhan, Ridha menyebutkan langsung ada perintah dari Kapolresta memerintahkan pasukan agar kembali ke posisi masing-masing. “Ini artinya ada desain dan rencana,” lanjut Ridha.

Dalam tahap awal pembubaran massa, Komnas mengakui polisi sudah melakukan negosiasi. Saat masuk dan mengumpulkan massa di tengah pun polisi lebih mengutamakan penggunaan pasukan pengendali massa. Namun saat polisi mendakati kerumuman warga yang berkumpul dan menyerah di tengah pelabuhan tiba-tiba ada perintah dari Kapolresta Bima agar pasukan kembali ke posisi. Brimob pun langsung mengambil posisi paling depan menggantikan Dalmas.

Menurut Komnas, pergantian antara Dalmas dan Brimob yang terjadi pagi itu sangat tiba-tiba dan belum tepat. Pasalnya tidak ada tindakan represif yang dilakukan massa dan mengancam keselamatan polisi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepala Divisi Monitoring dan Investigasi Komnas, Sriyana, menuturkan sesaat setelah pergantian formasi itulah seorang aktivis langsung naik ke mobil yang berisi sound system dan meneriakkan agar demonstran tidak maju dan menyerah. “Ok jangan maju, kita sudah terima kesepakatan, kita tinggal tunggu tertulis saja,” ujar Sriyana mengulang perkataan orator itu.

Melihat reaksi massa, brimob pun mengambil posisi maju sepuluh langkah. Massa pun panik. Si aktivis kembali mencoba menenangkan massa. “Tolong jangan maju, jangan maju, kita sudah terima kesepakatannya,” ujarnya. Pada saat bersamaan, brimob langsung menarik lelaki pemegang mikrofon hingga jatuh. “Karena orator ditarik ke bawah, massa pun kocar-kacir. Saat itulah massa ditangkap, dan dipopor senjata, dan disambut bunyi tembakan,” ujar Ridha.

Menurut Ridha saat membubarkan massa polisi melakukan tindakan kekerasan. Massa yang sudah menyerah tetap ditendang dan dipukul. Bahkan ada yang kepalanya dihantam dengan senjata. “Tindakan ini jelas ada perintah.”

Meski begitu, Komnas mencatat tidak ada korban tewas pada peristiwa pembubaran di pelabuhan. Dua korban tewas yang dari insiden pagi itu tertembak 700 meter dari pelabuhan. Mereka adalah Arif Rahman, 18 tahun, dan Syaiful 17 tahun. Arif tertembak saat melarikan diri dari pelabuhan, sedang Syaiful tertembak saat mencoba menolong Arif.

Atas tindakan represif yang dilakukan kepolisian, Komnas meminta Kapolresta Bima harus bertanggungjawab. Alasannya, saat peristiwa penembakan warga terjadi, dia bertindak sebagai penanggung jawab di lapangan. Kapolresta dinilai juga tidak melakukan pencegahan efektif untuk menghindari jatuhnya korban meninggal dan luka-luka.

Di sisi lain, Komnas mendesak Kapolri segera menindak tegas seluruh jajaran aparat yang terlibat. Kapolri juga harus segera melakukan penyelidikan independen terhadap seluruh aparat yang diduga melakukan pelanggaran HAM. "Selain sanksi administratif harus ada sanksi pidana bagi aparat yang terbukti melakukan tindakan melawan hukum."

IRA GUSLINA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Bentrokan Maut Empat Lawang, 4 Polisi Ditusuk

1 Agustus 2019

Ilustrasi Polisi Indonesia. Getty Images
Bentrokan Maut Empat Lawang, 4 Polisi Ditusuk

Tim Polda Sumatera Selatan masih memburu provokator bentrokan warga vs polisi.


Warga Pulau Pari Terlibat Bentrok dengan Polisi

20 November 2017

Aparat Kepolisian Kepulauan Seribu bersama TNI, dan Satpol PP saat akan melakukan penyegelan wilayah pesisir Pulau Pari. Penyegelan tersebut mendapat perlawanan dari warga hingga berakibat bentrok. FOTO: Dokumentasi Koalisi Selamatkan Pulau Pari.
Warga Pulau Pari Terlibat Bentrok dengan Polisi

Ony menduga penyegelan yang berujung bentrok tersebut dilakukan atas pengaduan Pintarso Adijanto.


Bakar 6 Motor Polisi, 18 Mahasiswa Unismuh Makassar Buron  

1 Januari 2017

Sejumlah warga melihat bangkai Motor Polisi yang di bakar mahasiswa saat menggelar unjukrasa di Depan kampusnya di Universitas Muhammdiyah, Makassar, 28 Oktober 2016. Dalam aksi peringatan Sumpah pemuda ini mahasiswa membakar 7 Motor milik Polisi dan memacetkan sejumlah jalan. TEMPO/Iqbal Lubis
Bakar 6 Motor Polisi, 18 Mahasiswa Unismuh Makassar Buron  

Polisi menetapkan tersangka empat mahasiswa yang masih aktif.


Dora Kembali Minta Maaf, Aiptu Sutisna Akan Cabut Laporan  

23 Desember 2016

Dora Natalia Singarimbun kembali bertemu dengan Aiptu Sutisna di Mapolda Metro Jaya, 23 Desember 2016. INGE/TEMPO
Dora Kembali Minta Maaf, Aiptu Sutisna Akan Cabut Laporan  

Sutisna mengatakan sudah menyampaikan perdamaiannya dengan Dora kepada Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal M Iriawan.


Bentrok Petani Vs Polisi di Majalengka, 3 Jadi Tersangka  

23 November 2016

REUTERS/Cheryl Ravelo
Bentrok Petani Vs Polisi di Majalengka, 3 Jadi Tersangka  

Polisi berujar, tersangka berusaha menghalang-halangi dan melukai aparat saat proses pengukuran lahan Bandara Internasional Jawa Barat.


Bentrok Pembebasan Lahan BIJB, PKB: Harus Dialogis

19 November 2016

Ilustrasi bentrokan. ANTARA/Seno S.
Bentrok Pembebasan Lahan BIJB, PKB: Harus Dialogis

Politikus PKB Maman Imanulhaq mendesak aparat untuk bertindak profesional tidak represif dan mengedepankan pendekatan persuasif.


Pengukuran Lahan Bandara di Majalengka Diwarnai Bentrokan  

17 November 2016

Ilustrasi penanganan massa oleh polisi. TEMPO/Kink Kusuma Rein
Pengukuran Lahan Bandara di Majalengka Diwarnai Bentrokan  

Polisi menembakkan gas air mata agar warga menjauhi lokasi pengukuran.


Kisah Korban Rusuh Penjaringan, Mobil Dikejar dan Dirusak  

5 November 2016

Suasana minimarket yang dijarah warga saat terjadi kerusuhan di Penjaringan, Jakarta, 4 November 2016. Dalam kerusuhan tersebut warga melempari toko - toko dengan bantu dan menjarah barang di mini market. M Iqbal Ichsan/Tempo
Kisah Korban Rusuh Penjaringan, Mobil Dikejar dan Dirusak  

Pria keturunan Tionghoa itu mengalami peristiwa mengerikan saat melintas depan apartemen Mitra Bahari, Jakarta Utara.


Penjarahan di Penjaringan, Polisi Tangkap 15 Orang  

5 November 2016

Warga memperbaiki toko mereka yang dilempari oleh massa saat terjadi kerusuhan di Gedong Panjang, Penjaringan, Jakarta Utara, 5 November 2016. Kerusuhan terjadi setelah unjuk rasa adili Ahok di Istana Merdeka berakhir ricuh pada malam hari. TEMPO/Frannoto
Penjarahan di Penjaringan, Polisi Tangkap 15 Orang  

Mabes Polri menyatakan penjarahan yang terjadi di Penjaringan murni tindakan kriminal.


PT Pertiwi Lestari Bantah Memburu Petani Karawang

19 Oktober 2016

Ilustrasi bentrokan. ANTARA/Seno S.
PT Pertiwi Lestari Bantah Memburu Petani Karawang

PT Pertiwi Lestari membantah memburu dan menangkap petani Karawang dan meminta pihak lain agar menghormati proses hukum.