TEMPO.CO , Jakarta - Muhammad Nazaruddin, terdakwa kasus suap wisma atlet, pernah berniat membeli saham Bank Mandiri. Dari dokumen yang diperoleh Tempo, terungkap bahwa mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu berniat membeli dengan harga Rp 800 miliar dan meningkat menjadi Rp 1 triliun.
Niat tersebut, menurut dokumen itu, bermula saat Nazar--begitu Nazaruddin--biasa disebut-menelepon Mandiri Sekuritas, pialang penjualan saham, pada awal 2011. Tapi keinginan tersebut ditolak. Pihak Mandiri Sekuritas hanya mampu mengalokasikan saham dengan nilai Rp 50 miliar. "Mandiri Sekuritas lalu menawarkan saham PT Garuda Indonesia," demikian dokumen itu. Ketika itu, pada awal 2011, PT Garuda bersiap menggelar penjualan saham perdana atau initial public offering (IPO).
Singkat cerita, Nazaruddin lalu menyebutkan sejumlah nama stafnya yang akan mengurus pembelian saham Garuda. Walhasil, lima perusahaan, yakni PT Permai Raya Wisata, Exartech Technology Utama, Cakrawala Abadi, Darmakusumah, dan Pacific Putra Metropolitan, membeli saham Garuda pada harga Rp 750 per lembar senilai total Rp 300 miliar. Tapi harga saham itu turun menjadi Rp 600. Nazar lalu meminta agar uang dikembalikan. Dia bahkan mengancam melapor ke polisi jika uang tak dikembalikan.
Pihak Mandiri berkukuh bahwa duit pembelian saham tak bisa dikembalikan. Namun, masih dari dokumen itu, Mandiri pada pertengahan Juni 2011 mendapat instruksi dari empat perusahaan, yakni PT Permai Raya Wisata, Exartech Technology Utama, Cakrawala Abadi, dan Darmakusumah. Isinya, memindahkan saham Garuda dari Mandiri Sekuritas ke pialang lain, yakni Rekapital Sekurities. Selanjutnya, melalui Rekapital, keempat perusahaan tersebut melepas saham Garuda ke Talent Center Limited seharga Rp 550 per lembar saham.
Adapun Elza Syarief, pengacara Nazar, membantah kabar bahwa kliennya pernah membeli saham Garuda. Meski begitu, menurut Elza, kliennya pernah bercerita soal adanya peristiwa pembelian saham itu.
Tapi, kata Elza, pihak yang melakukannya tersebut adalah Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat. "Yang membeli (saham) itu Anas melalui Yulianis (staf keuangan Grup Permai)," kata Elza saat dihubungi kemarin. Elza juga menegaskan, kliennya tidak berminat membeli saham Bank Mandiri. "Tidak ada cerita itu."
| TRI SUHARMAN | FRANSISCO ROSARIANS | SUKMA
Berita terpopuler lainnya