TEMPO.CO , Jakarta - AAL, bocah 15 tahun yang divonis bersalah karena mencuri sandal, kini jadi perbincangan hangat seluruh dunia. Kisahnya muncul di Washington Post hingga CNN. Di Indonesia, gerakan mendukung bocah asal Palu ini hadir di sejumlah kota. Kisah yang jadi bahan pembicaraan adalah kisah ketidakadilan yang menimpa AAL, bukan cerita prestasi siswa SMK ini.
AAL memang bernasib nahas. Usai dipukuli selama tiga jam, ia kini meringkuk di penjara karena kasus pencurian sandal anggota Brigadir Mobil Kepolisian Palu. Persidangannya sudah mulai bergulir di Pengadilan Negeri Palu, Sulawesi Tengah.
Melihat kondisi ini, lahirlah gerakan 1000 sandal untuk AAL. Aksinya berupa pengumpulan 1000 sandal untuk disumbangkan ke kepolisan demi pembebasan AAL. Gerakan moral ini muncul pula di jejaring sosial Twitter dan Facebook.
Di jejaring 140 karakter, dengan menggunakan tanda pagar #1000sandal, dapat ditemui aneka dukungan dan komentar tentang kasus ini. Salah satu komentar datang dari akun bernama Bandung Ajiriyani S dengan @bdgthegreat:" hanya dengan sepasang sandal aal bernasib sial. sungguh ironi pengayom masyarakat yg brutal.dukung #1000sandal buat aal".
Gerakan serupa di Facebook hadir lebih banyak lagi dalam bentuk kelompok. Tercatat ada 10 grup terbuka yang bertema mendukung pembebasan AAL. Grup yang dikelola tim 1000Sandal yang bernama 1000 Sandal untuk Bebaskan AAL sudah mendapat 428 anggota.
Sementara komunitas lain yang muncul dengan nama Komunitas Sajindo : "Sandal Jepit Indonesia" (peduli buat AAL), Dukung dan like aksi Gerakan 1000 Sandal Untuk Aal.
DIANING SARI