TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan antara Miranda Swaray Goeltom dan sejumlah politikus di rumah Nunun Nurbaetie masih menjadi misteri. Pengacara Nunun, Mulyaharja, menyebutkan tiga politikus hadir dalam membahas pemenangan Miranda sebagai Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia. Mereka adalah Paskah Suzetta dan Hamka Yandhu--keduanya dari Partai Golkar--serta Endin A.J. Soefihara dari Partai Persatuan Pembangunan.
Namun pengacara Endin, Soleh Amin, membantah kliennya pernah ikut pertemuan itu. Soleh lagi-lagi menegaskan pertemuan Endin bersama Miranda dan Nunun hanya pernah terjadi saat halalbihalal masyarakat Sunda di hotel Mulya. "Tidak ada pertemuan di rumah Nunun itu," kata Soleh saat dihubungi Tempo, Jumat, 6 Januari 2012.
Pertemuan di rumah Nunun itu, berdasarkan dokumen Tempo, dilakukan antara Miranda, Paskah Suzetta, Hamka, dan Endin. Dokumen itu juga menyebutkan suami Nunun, Adang Daradjatun, sempat menelepon Udju Jauheri ihwal upaya pemenangan Miranda. Adang meminta Udju Djauheri mengupayakan agar Fraksi TNI Polri turut memilih Miranda.
Ihwal sepuluh lembar cek pelawat dengan total Rp 500 juta yang diterima Endin, Soleh memastikan kliennya tidak tahu ada hubungannya dengan terpilihnya Miranda. Justru Endin tak mengetahui tujuan cek pelawat yang diterimanya. "Cek itu dia anggap syubhat sehingga dikembalikan," ujarnya.
Menurut Soleh, saat menerima amplop dari Arie Malangjudo di Hotel Atlet Century, Endin tak mengetahui apa isi amplop cokelat itu. Hanya, karena memang di depan amplop ada namanya, Endin pun menerima amplop itu termasuk amplop untuk tiga rekan sesama partainya; Daniel Tanjung, Urai Faisal Hamid, dan Sofyan Usman. "Saat itu Endin berpikir itu hanya surat biasa."
Saat bertemu dengan Arie di Hotel Atlet Century itu, Soleh menyebutkan Endin kebetulan memang sedang ada cara di sana. Oleh karena Arie meminta bertemu, maka dia pun menyuruh Arie datang. "Tidak ada pembicaraan antara mereka ketika itu, hanya menyerahkan amplop lalu berpisah." Soleh membantah sebelumnya telah ada pembahasan antara Endin, Nunun, Miranda, Paskah, dan Hamka, membahas pemenangan Miranda.
Hamka juga tidak bisa dikonfirmasi mengenai pertemuan di rumah Nunun. Dihubungi melalui telepon genggamnya, Hamka tidak memberi respons. Pesan pendek yang dikirim pun tak berbalas. Namun, dalam beberapa kesempatan, Hamka telah membantah pernah hadir dalam pertemuan di rumah Nunun. Hamka hanya mengakui pernah bertemu satu kali dengan Miranda dalam acara halalbihalal masyarakat Sunda di Hotel Mulia.
Begitu juga Miranda, dihubungi ke telepon genggamnya, seseorang menjawab dengan menyebutkan telepon yang dituju bukan milik Miranda. Saat Tempo ke rumahnya di Jakarta Selatan, petugas satuan pengaman berkata Miranda tidak dapat ditemui. “Ibu ada di rumah, tapi tidak mau ditemui wartawan,” kata petugas tersebut.
Ia menjelaskan, sejak Miranda terkena kasus pemilihannya, dia hanya dapat ditemui jika telah membuat janji. “Susah untuk ketemu ibu, apalagi wartawan” kata dia.
Pun dengan pengacara Paskah, Singap Panjaitan, tak bisa dikonfirmasi. Nomor telepon genggam Singap tidak aktif saat dihubungi.
Telepon genggam Udju pun belum bisa dihubungi. Nomor Udju yang ditelepon hanya satu kali masuk, setelah itu tidak aktif lagi.
IRA GUSLINA | RAFIKA
BERITA LAINNYA
KPK Incar Bank Artha Graha
KPK Akan Minta Hasil Audit Bank Artha Graha
Ibu Ani Sakit Mudaya dan Artha Graha Kirim Bunga
Pengacara Artha Graha: Kami yang Memesan Cek Itu
Seorang dari Artha Graha Diperiksa 7 Jam oleh KPK