TEMPO.CO, Port Moresby - Insiden pencegatan pesawat Falcon 900 ex di langit Banjarmasin hingga Makassar oleh Sukhoi TNI AU pada November 2011 lalu berbuntut hubungan diplomatik yang tak sehat antara Indonesia dan Papua Nugini. Setelah kejadian itu lewat hampir dua bulan, pejabat Papua Nugini baru bereaksi keras mengecam aksi itu dan buntutnya, mengancam mengusir Duta Besar Indonesia untuk Papua, Andreas Sitepu.
Belakangan diketahui bahwa perintah pengusiran itu, seperti dilansir Australia Network, berasal dari Belden Namah, Wakil Perdana Menteri Papua Nugini. Namah, seperti dikutip media itu, agaknya berang lantaran perjalanan udaranya dari Subang, Selangor, Malaysia, dengan jet carteran Falcon menuju Port Moresby, Papua Nugini, sempat dicegat karena ketahuan masuk wilayah Indonesia.
Insiden yang berlangsung 37 menit itu ternyata berbuntut panjang. Namah, yang tak berkenan dengan insiden itu, dikabarkan memerintahkan penutupan Kedutaan Besar Indonesia di Port Moresby, ibu kota negeri itu, plus pengusiran pejabatnya. Aksi unjuk rasa tidak simpati juga digelar di Port Moresby, Senin, 9 Januari 2012, enam minggu pasca-insiden.
Belden Namah kurang dikenal di antara tokoh-tokoh dunia. Sebelum menjadi wakil perdana menteri, Belden Namah dikenal sebagai politikus dan perwira militer. Ia juga pernah menyebut dirinya pengusaha.
Pada tahun 1997, ia bersama dengan kapten Bola Renagi dan tiga orang lainnya didakwa melakukan penghasutan atas mundurnya Perdana Menteri Julius Chan. Namah dan rekan-rekannya dibebaskan tahun 2003. Tahun 2007-2012, ia terjun ke parlemen dan menjabat sebagai menteri kehutanan di bawah kekuasaan Perdana Menteri Sir Michael Somare. Somare adalah rival politik Peter O'Neill, Perdana Menteri Papua Nugini saat ini.
Tahun 2009 terungkap bahwa Namah terlibat dalam kasus pencucian uang terkait proyek Kina sebesar 4 juta dolar di Samoa. Ia membantahnya dengan mengatakan proyek tersebut hanya sebatas bisnis. Pada 2010, Belden Namah bergabung ke dalam partai oposisi. Pada Mei 2010, bersama Sam Basil ia maju ke pemilihan umum. Dalam kampanyenya, ia memberikan janji peningkatan pendidikan, kesehatan, dan perbaikan sistem hukum di negerinya. Sam Basil terpilih sebagai perdana menteri.
Baca Juga:
Pada Agustus 2011, Sam Basil digulingkan dari kekuasaan atas kondisinya yang tidak memungkinkan akibat serangan jantung serius. Kemudian Peter O'Neill menjabat sebagai perdana menteri yang baru. Namah menjadi wakil perdana menteri serta menjabat menteri kehutanan dan perubahan iklim.
Atas jabatannya sebagai menteri kehutanan dan perubahan iklim, ia mengklaim dirinya layak menggantikan Kevin Conrad, Duta Perubahan Iklim Papua Nugini. Namah mengatakan Conrad tak memiliki pengetahuan yang memadai untuk menjadi seorang duta.
Kini Namah berseteru dengan Peter O'Neill karena menganggap dirinya tidak didukung atas ancamannya terhadap Indonesia. Ia menuntut mundur atasannya tersebut. O'Neill menyatakan tindakan ancaman pengusiran Namah terhadap dubes Indonesia dan penutupan kedutaan besar adalah hal yang tidak perlu dilakukan. O'Neill menolak tuntutan mundur. (Baca: Tolak Usir Dubes RI, PM Papua Nugini Terancam Dikudeta)
Papua Nugini, negara pasifik yang kaya sumber daya alam ini, sedang mengalami kebuntuan politik. Di negeri itu, para politikusnya saling mengklaim kekuasaan. Pertengahan Desember lalu, misalnya, dua pemimpin yang bersaing mengklaim sebagai perdana menteri dan dua orang bertindak sebagai gubernur jenderal negara Pasifik yang kaya sumber daya alam itu.
Baik Somare, 75 tahun, dan penantangnya, O'Neill, 46 tahun, mengklaim sebagai pemimpin sah negara pulau Pasifik yang bergunung-gunung dengan 800 bahasa dan terlibat dalam krisis konstitusional terburuknya sejak kemerdekaan pada 1975. (Baca: Ratu Diminta Akhiri Kemelut di Papua Nugini)
Krisis politik di negeri itu sedikit banyak juga merepotkan Indonesia. Dalam catatan Wikipedia, salah satu pembicaraan yang panas terkait hubungan Indonesia dan Papua Nugini adalah terkait perbatasan. Perbatasan itu sempat menjadi pemicu ketegangan antara dua negara ini sejak kemerdekaan Papua Nugini pada tahun 1975.
AUSTRALIA NETWORK | POST COURIER | SATWIKA MOVEMENTI
Berita Terkait
Ini Kesaksian Pilot Jet Falcon Papua Nugini
Unjuk Rasa di Kedubes RI Port Moresby Dibubarkan
Hikmahanto: Cari Tahu Apa Penyebab PNG Marah
Beginilah Aksi 37 Menit 'Menjepit' Jet Papua Nugini