TEMPO.CO, Jakarta - Dua kubu yang selama ini saling bertikai, yakni Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia, akan duduk satu meja dalam forum mediasi yang digelar Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), besok. Mediasi diperkirakan akan berjalan alot.
"Besok kami akan bertemu KONI untuk mejelaskan apa yang selama ini terjadi dan apa saja yang telah kami lakukan," kata Ketua Umum Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia, Tonny Aprilani, di Kantor Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia, Senayan, Rabu, 11 Januari 2012.
Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia dibentuk 18 Desember 2011 lalu dalam rapat akbar yang digelar Forum Pengprov PSSI. Komite Penyelamat dibentuk untuk mengawal agenda kongres luar biasa yang diputuskan dalam rapat rapat akbar tersebut.
Komite ini ditentang PSSI karena dinilai tak sah. Konflik antara PSSI dengan Komite Penyelamat merupakan buntut dari terbelahnya kompetisi menjadi dua, yakni Indonesian Premier League dan Indonesia SUper League.
PSSI hanya mengakui kompetisi Indonesian Premier League sebagai kompetisi yang sah. Adapun Indonesia Super League dinilai sebagai kompetisi ilegal. Keputusan PSSI ini membuat berang klub-klub yang bermain di Indonesia Super League.
Tonny mengatakan dalam mediasi nanti pihaknya siap kembali ke PSSI jika PSSI bersedia mengembalikan kompetisi Indonesia Super League sebagai kompetisi yang sah. Sementara Indonesian Premier League yang sudah berjalan, kata Tonny, harus dijadikan kompetisi divisi utama. "Ini menjadi usulan saya," katanya.
Jika usulan tersebut ditolak PSSI, Tonny melanjutkan, maka kongres luar biasa yang sudah diagendakan 6 Maret nanti tak bisa dibendung lagi. "Saya sekarang tergantung tetangga sebelah," katanya. Tetangga yang ia maksud tak lain dari PSSI, karena kantor PSSI dengan kantor Komite Penyelamat hanya berjarak sekitar 200 meter.
Dwi Riyanto Agustiar