TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Sejumlah pengamat politik Malaysia bersilang pendapat tentang seberapa besar peluang Anwar Ibrahim menjadi orang nomor satu di Malaysia. Sebagian pengamat menilai popularitas Anwar bersinar seiring dengan meningkatnya perasaan antipemerintah.
Profesor Joseph Liow, dari S. Rajaratnam School of International Studies, Singapura, mengatakan, sekarang Anwar, Partai Keadilan Rakyat, dan kubu oposisi yang mendukungnya bisa sesegera mungkin melakukan konsolidasi memperkuat bangunan koalisinya. Terkait dengan putusan bebasnya, dia menambahkan, "kredibilitas Anwar semakin terang."
Namun Liow tetap memperingatkan, bakal tidak mudah bagi Anwar untuk menuntaskan keinginannya menjadi orang nomor satu dalam pemilu Malaysia tahun depan. Sebab, penguasa Malaysia saat ini (UMNO) piawai dalam memainkan trik yang bakal mengancam prospek kemenangan oposisi.
Sebagai contoh, putusan pengadilan terhadap Anwar, Senin lalu, diklaim merupakan upaya pemerintah Malaysia (UMNO) yang mulai reformis dengan berlaku independen dan adil. Belum lagi pemerintah selalu menjual hasil survei Merdeka Center yang hasilnya dukungan kepada Najib masih berada pada angka 59 persen. "Putusan itu tak berdampak apa pun," ujar Barry Wain, penulis buku bekas perdana menteri Mahathir Mohamad.
Sementara itu, James Chin, pengamat Malaysia di Universitas Monash, Australia, memprediksi bakal terjadi kompetisi ketat antara penguasa dan pihak oposisi dalam pemilu mendatang. "Peluang Anwar besar jika pemilu Malaysia dilakukan adil dan transparan, tapi kondisi saat ini peluangnya masih 50-50," katanya.
THE STAR | ASIAONE | STRAITS TIMES | SANDY INDRA PRATAMA
Berita lain:
Alasan Mahkamah Bebaskan Anwar dari Kasus Sodomi
Anwar Ibrahim Bebas, Dukungan Jadi PM Mengalir
Siapa 'Bos dan Ketua Besar' yang Dimaksud Nazar?
Tujuh Alasan Amerika Tidak Menyerang Iran
Habis Dipakai SBY, Meja Marmer Pecah