TEMPO.CO, Malang - Kasus kekerasan aparat kepolisian dan TNI yang mengamankan kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Malang, Kamis, 12 Januari 2012, dilaporkan kepada Sentra Pelayanan Kepolisian Resor Malang Kota. Ronny bersama Slamet dan ayah Sulung melaporkan peristiwa tersebut ke Kepolisian Polres Malang Kota.
Korban kekerasan dua orang warga Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, masing-masing Sulung Hadi Sukmawan, 25 tahun, dan Slamet Hariyadi, 21. Namun yang datang melapor hanya Slamet yang didampingi penasihat hukum Ronny Dwi Sulistiawan dan ayah Sulung, Sudiro.
Untuk melengkapi laporan, kepada polisi diserahkan sejumlah bukti, di antaranya foto korban dan kronologi kejadian.
Adapun Sulung masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. "Petugas memukul Sulung dengan papan rambu hingga terjatuh dan helmnya pecah," kata Slamet usai memberikan laporan, Kamis, 12 Januari 2012.
Menurut Slamet, Sulung mengalami luka parah. Tulang pada lengan kiri patah, rahang terlepas hingga gigi rontok. Sulung bahkan sempat pingsan. Adapun Slamet hanya mengalami luka lecet di lengan kiri.
Slamet memaparkan, peristiwa kekerasan terjadi Rabu malam, 11 Januari 2012, sekitar pukul 20.00 WIB. Saat itu keduanya berboncengan sepeda motor melintas di Jalan Tanimbar depan Pangkalan Militer TNI Angkatan Laut tak jauh dari SMA Negeri 5. Di tempat tersebut Presiden SBY bermalam usai membuka Muktamar IX Thoriqoh Al-Mu'atabarah An-Nadliyah di Malang.
Seorang petugas mengingatkan agar kendaraan berjalan pelan. Tiba-tiba di depan Sulung dan Slamet sejumlah petugas kepolisian dan tentara mengepung dan langsung memukul Sulung hingga terjatuh.
Belum sempat mendapatkan penjelasan apa kesalahan keduanya, para petugas justru menuduh keduanya mabuk. Sulung dan Slamet dimarahi karena melintas di jalur steril pengamanan Presiden. Padahal, menurut Slamet, dia tidak mengetahui jalur jalan tersebut ditutup untuk umum. Sebab sebelumnya keduanya juga melintas di jalan tersebut dan tampak sepi dari penjagaan.
Dalam kejadian tersebut dompet Sulung yang berisi uang tunai Rp 300 ribu hilang. Uang tersebut merupakan gaji yang baru diambilnya sebagai buruh sebuah toko mabelair di kawasan Mergan, Sukun.
Korban dibawa oleh petugas lain untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Panti Waluyo. Namun karena luka yang diderita Sulung cukup parah dipindahkan ke Rumah Sakit Saiful Anwar Malang di Ruang 17 Instalasi Rawat Inap II kamar 3.
Ronny Dwi Sulistiawan menyayangkan aksi kekerasan aparat kepada warga sipil. Ronny menilai tindakan tersebut merupakan bentuk arogansi militer. Kini Ronny sedang mengumpulkan data dan keterangan di lapangan.
Ronny juga melayangkan surat kepada Presiden SBY agar bertanggung jawab dalam kejadian tersebut. "Presiden harus bertanggung jawab membiayai perawatan karena pengamanan itu demi kepentingan Presiden," ucapnya. Ronny menjelaskan pihak keluarga membutuhkan biaya untuk biaya operasi Sulung.
Wakil Kepala Polresta Malang Komisaris Polisi Irvan Susanto menolak memberikan penjelasan kepada wartawan. Irvan justru masuk ruang kerjanya sambil membanting pintu. Padahal Irvan sempat mencecar sejumlah pertanyaan yang menyudutkan Slamet saat Slamet memberikan laporan. Irvan juga berkukuh menuduh Slamet dan Sulung mabuk saat mengendarai sepeda motor.
Sementara itu Kepala Polresta Malang Ajun Komisaris Besar Polisi Teddy Minahasa Putra mengatakan masih menelusuri kasus tersebut. Polisi akan meneliti kawasan pengamanan tersebut menjadi tanggung jawab polisi atau TNI. "Masih diselidiki," ucapnya.
Kepala Penerangan Komando Resor Miiliter (Korem) 083 Baladhika Jaya Mayor Arwan mengaku tak mengetahui kejadian tersebut. Arwan meminta wartawan mencari keterangan ke kepolisian atau Detasemen Polisi Militer. Sebab peristiwa tersebut terjadi di wilayah Pangkalan TNI dan jalan raya yang menjadi tanggung jawab kepolisian.
EKO WIDIANTO