TEMPO.CO, Jakarta - Suksesnya lelang obligasi pemerintah Amerika Serikat (Treasury) mampu mengerek harga Surat Utang Negara (SUN) di pasar domestik. Optimisme terhadap perekonomian AS mampu memacu keyakinan investor terhadap membaiknya perekonomian global, yang mendorong kenaikan harga obligasi pemerintah. Namun masih adanya ketidakpastian kondisi di zona Eropa sewaktu-waktu dapat mempengaruhi pasar domestik.
Harga Treasury Rabu kemarin berhasil menguat setelah pemerintah AS berhasil menjual obligasi untuk patokan tenor 10 tahun senilai US$ 21 miliar dengan imbal hasil 1,9 persen. Kenaikan harga Treasury langsung mendorong turunnya yield (imbal hasil).
Indeks harga bersih obligasi pemerintah (GBIX-Clean Price) siang ini melanjutkan reli kenaikannya ke posisi 130,1152, naik 0,2151 poin (0,17 persen) dari penutupan kemarin. Indeks yang memperhitungkan seluruh potensi imbal hasil (GBIX-Total Return) juga naik 0,2968 poin (0,18 persen) menjadi 162,0243. Sedangkan indeks obligasi yang memperhitungkan imbal hasil efektif (GBIX-Effective Yield) turun 0,051 persen menjadi 6,2166 persen dari posisi penutupan kemarin.
Obligasi seri FR0060 harganya naik 28,32 basis poin (bps) menjadi 103,9448 persen, sehingga imbal hasilnya turun 6,16 bps menjadi 5,3763 persen. Diikuti obligasi seri FR0061 yang harganya juga naik 25,9 bps menjadi 106,2607 persen dan yield-nya turun 3,32 bps menjadi 6,1705 persen. Seri FR0059 harganya juga naik 18,4 bps menjadi 105,2105 persen sehingga menekan imbal hasilnya 1,85 bps menjadi 6,4585. Demikian pula dengan obligasi seri FR0058 juga menguat 12,1 bps menjadi 112,1385 persen, sedangkan imbal hasilnya turun 1,05 bps menjadi 7,1132 persen.
Dengan turunnya harga obligasi, maka kurva imbal hasil obligasi pemerintah (IBPA-IGSYC) kembali terlihat turun di sepanjang tenor melanjutkan penurunan pada sesi akhir perdagangan kemarin. Untuk tenor menengah (5-7 tahun) turun 5,7 basis poin, tenor pendek (1-4 tahun) turun 4,9 bps, serta tenor panjang (8-30 tahun) juga melemah 2,3 bps.
Corporate Secretary Indonesia Bond Price Agency (IBPA) Tumpal Sihombing menjelaskan para investor khawatir bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) tidak akan mengumumkan kebijakan baru untuk mengatasi krisis utang Eropa. “Selain itu kontraksi perekonomian yang dialami Jerman telah meningkatkan kecemasan pasar bahwa kawasan Eropa berpotensi besar mengalami resesi,” ujarnya.
Pasar masih bersikap hati-hati menjelang lelang obligasi Spanyol dan Italia senilai 17 miliar euro minggu ini. Sedangkan perkembangan Yunani masih dalam proses negosiasi akhir untuk membujuk investor agar mau mengurangi setidaknya setengah dari jumlah utangnya.
Kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mengalami penurunan sejak awal tahun. Hingga 10 Januari 2012 lalu, kepemilikan asing turun 0,38 persen menjadi Rp 220,32 triliun. Sedangkan institusi domestik, seperti perbankan, asuransi, maupun sekuritas, menunjukkan peningkatan kepemilikannya di SBN.
VIVA B. KUSNANDAR