TEMPO.CO , Jakarta:Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan jembatan Kutai Kartanegara runtuh akibat akumulasi ketidaksempuraan sejak awal perencanaan hingga perawatan.
Ketua Tim Investigasi, Iswandi Imran, menjelaskan ketidaksempurnaan sudah mulai ada sejak tahun 1995, dimana jembatan direncanakan. Bentuk jembatan didesain tidak streamline, artinya banyak perubahan geometri yang mendadak untuk setiap sambungan. Dalam bentuk seperti itu berarti terdapat banyak patahan pada jembatan.
“Kalaupun ada patahan seharusnya diaplikasikan radius, diberi jari-jari sehingga ada media peralihan, sehingga dari satu bentuk tidak secara tiba-tiba menjadi bentuk lain,” kata Iswandi dalam keterangannya di Jakarta Rabu 11 Januari 2012 kemarin. Menurut dia, tidak adanya proses peralihan bisa menimbulkan konsentrasi tegangan berlipat ganda.
Kementerian Pekerjaan Umum kemarin mengumumkan hasil investigasi ambruknya jembatan Kutai Kartanegara. Menteri PU Djoko Kirmanto sebulan lalu berjanji mempublikasikan laporan tim investigasi yang terdiri dari para ahli.
Iswandi menilai kesalahan atau ketidaksempurnaan lain terdapat pada pemilihan konstruksi. Konstruksi besi cor jembatan menggunakan Ductile Cast Iron FCD 60. “Idealnya, menggunakan baja cor,” kata Iswandi.
“Materialnya sangat getas. Bisa pecah seketika. Kami menyebutnya ‘patah getas.’ Besi cor seperti itu tidak memperlihatkan gejala atau tanda akan pecah. Berbeda halnya jika menggunakan baja. Baja itu akan mengalami proses ‘ulur,’ sehingga akan terlihat gejala pecahnya.”
Keruntuhan diperkirakan dipicu adanya tegangan tambahan saat pemeliharaan sedang berlangsung.
MUHAMAD RIZKI
Beritaq terkait:
Jembatan Rapuh di Indonesia
Material Sambungan Jembatan Kutai Tak Standar
Korban Jembatan Ambruk Teridentifikasi dari Ponsel
Kisah Korban Ambruknya Jembatan Kutai
Ambruknya Jembatan Kukar adalah Bencana Teknologi