TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Djohar Arifin menganalogikan perseteruan antara PSSI dan para pengusung kongres luar biasa serta klub-klub Liga Super Indonesia (LSI) dengan konflik antara Israel dan Palestina.
Djohar optimistis kedua pihak yang bertikai di persepakbolaan nasional ini akan mencapai titik temu.
"Kita tunggu Pak Tono saja. Semua bisa, Israel sama Palestina saja bisa damai," katanya di kantor PSSI di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis, 12 Januari 2012.
Tono yang dimaksudkan Djohar adalah Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Tono Suratman. Tono saat ini sedang mengupayakan mediasi antara PSSI dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia. Komite itu dibentuk oleh pengusung kongres luar biasa.
Ketua komite itu, Tonny Aprilani, Rabu lalu mengatakan mediasi akan berlangsung kemarin. Namun Djohar mengatakan belum mendapat undangan mediasi dan belum tahu kapan mediasi digelar.
Namun Djohar berharap mediasi yang dimotori oleh KONI bisa segera direalisasi. Pasalnya, PSSI harus segera melaporkan sikapnya kepada badan sepak bola dunia, FIFA. "Kami menunggu mediasi," katanya.
Mengenai syarat yang diminta Komite Penyelamat, yakni PSSI harus mengakui kompetisi Liga Super Indonesia sebagai kompetisi resmi, Djohar enggan berkomentar. Persoalan itu, kata dia, "Termasuk agenda mediasi."
Tonny mengatakan pihaknya siap kembali ke PSSI selama badan tersebut mau mengakui Liga Super sebagai kompetisi resmi. Selain itu, Indonesian Premier League, yang sudah bergulir, diturunkan stratanya menjadi kompetisi Divisi Utama.
Tono mengatakan pihaknya masih mencari waktu yang tepat untuk menggelar mediasi. Saat ini, kata dia, masih ada beberapa orang yang berada di luar negeri. Namun ia mengaku telah mendapat keterangan dari kedua pihak. "Memang sulit," katanya.
DWI RIYANTO AGUSTIAR