Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Orang Hilang Versi Perupa Dadang Christanto

image-gnews
Bagian dari performance art berjudul Survivor karya Dadang Christanto dalam pameran tunggal berjudul Seeing Java; Manusia, Gunung dan Lumpur di Sangkring Art Space Yogyakarta, 31 Desember 2011-4 Februari 2012. TEMPO/Anang Zakaria
Bagian dari performance art berjudul Survivor karya Dadang Christanto dalam pameran tunggal berjudul Seeing Java; Manusia, Gunung dan Lumpur di Sangkring Art Space Yogyakarta, 31 Desember 2011-4 Februari 2012. TEMPO/Anang Zakaria
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perupa Dadang Christanto menggelar pameran tunggal di Sangkring Art Space, Yogyakarta. Pameran yang berlangsung hingga 4 Februari mendatang itu diberi judul “Seeing Java; Manusia, Gunung, dan Lumpur”. Pameran ini, antara lain menampilkan foto-foto aktivis yang menjadi korban tragedi politik 1998 – seperti Herman Hendrawan, Suyat, Yani Afri, dan Dedi Hamdun – yang dipajang bersama puluhan foto orang hilang yang lain di lantai satu Sangkring. Foto mereka tertempel pada bambu setinggi pinggang orang dewasa yang terpancang di atas potongan batang pisang.

Dadang Christanto adalah satu di antara seniman Indonesia yang sukses berkarier di kancah internasional. Sejak 1999, ia memutuskan tinggal di Darwin, Australia. Meski tinggal di luar negeri, Indonesia, terutama Jawa, tak luput dari perhatiannya. “Justru saat tinggal berjarak, malah ada kerinduan untuk melihat Jawa tidak sekadar kenangan,” kata Putu Sutawijaya, seniman Yogyakarta sekaligus pemilik Sangkring Art.

Sepanjang perjalanan kariernya sebagai seniman, karya Dadang tak pernah berhenti berbicara tentang sosial-politik-ekonomi. Ia menjadikan karya seni rupa sebagai model of a statement untuk menyampaikan pendapatnya tentang Indonesia, Tanah Airnya, dan Jawa--sebagai tanah kelahirannya. Artinya, seni rupa tak hanya untuk estetika seni, namun sekaligus alat.

Kurator pameran, Wahyudin, mengatakan, melalui “Seeing Java; Manusia, Gunung dan Lumpur”, Dadang mengajak memandang Jawa. Bisa jadi, jika dilihat dari ketinggian, Pulau Jawa memperlihatkan keindahan yang luar biasa. Gunung-gunung, hutan, hingga hamparan sawahnya yang hijau terbentang.

Namun, Wahyudin menambahkan, Dadang tak sekadar ingin menyikapi Jawa dalam persoalan estetika, melainkan juga keberadaan serta segala persoalan manusianya. “Selalu ada persoalan sosial-politik dalam manusia, gunung dan lumpur,” kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Misalnya, karya performing art berjudul "Survivor", yang terinspirasi dari peristiwa semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Peristiwa ini sangat kental dengan persoalan politik. Dari performing art itu, Dadang sekaligus mengajak publik merenungkan peristiwa politik lain yang tak pernah terselesaikan di Indonesia. Penghilangan dan penculikan orang salah satunya.

Pertunjukan semacam itu juga pernah ditampilkan Dadang pada 1996. Saat itu Dadang menampilkan “manusia lumpur” di Pantai Ancol, Jakarta, selama sekitar tiga jam. Meski bukan yang pertama, di sinilah letak pentingnya performance dan karya Dadang. “Ia mengajak melawan lupa,” ujar Wahyudin.

Lupa terhadap persoalan pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia yang tak pernah tuntas terselesaikan penanganannya. Persoalan itu tertumpuk menggunung laiknya tumpukan patung kepala dalam karya instalasinya yang berjudul “Java”. Seperti dalam wall text karya yang ditulisnya, “… Ini adalah salah satu interpretasiku terhadap Jawa. Dan itu (Jawa) adalah kesuraman bergunung-gunung.”

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

23 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

30 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.