TEMPO.CO, Port Moresby - Parlemen Papua Nugini menyetujui keputusan Perdana Menteri Peter O'Neill yang memanggil duta besar mereka untuk Indonesia. O'Neill memanggil duta besarnya untuk berkonsultasi tentang masalah sengketa udara dengan Indonesia.
Menurut O'Neill, keputusan tersebut merupakan upaya pemerintah guna menyelesaikan insiden pencegatan pesawat jet Dassault Falcon 900 EX beberapa waktu lalu. "Ada kemungkinan Duta Besar Petrus Ilau akan berkonsultasi dengan pihak berwenang di Indonesia," kata dia Rabu, 12 Januari 2012.
Perseteruan diplomatik antarkedua negara dimulai ketika dua pesawat militer Indonesia melacak pesawat jet Falcon sewaan di wilayah udara Makassar pada November tahun lalu. Saat itu pesawat tengah mengangkut Wakil Perdana Menteri Papua Nugini Belden Namah dan sejumlah pejabat senior pemerintah.
Menurut Kapten Christopher Smith, pilot jet Falcon, dua hari sebelum melintasi wilayah udara Makassar mereka telah mendapat izin dari Universal Weather. Namun saat mengontak menara Makassar untuk meminta panduan kecepatan, tiba-tiba dua pesawat tempur mendekat.
"Menara kontrol Makassar meminta kejelasan mengenai izin terbang dan mereka menghubungi Universal Weather," kata Smith.
Pekan lalu Namah mengancam akan mengusir Duta Besar Indonesia untuk PNG. Sedangkan Perdana Menteri setuju mempertahankan hubungan diplomatik dengan Indonesia.
"Pemerintah ingin masalah ini cepat selesai," ujar O'Neill.
ABC | THE NATIONAL PNG | CORNILA DESYANA