TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelindo II memberi waktu 6 bulan kepada pengguna jasa pelabuhan untuk membenahi sistem logistik. Selama ini Pelindo kerepotan menangani barang yang dikemas dalam kantong kecil.
“Kami cuma mau meladeni bongkar muat barang kemasan kecil selama 6 bulan lagi,” kata Direktur Utama Pelindo II, Richard Joost Lino, Senin, 16 Januari 2012.
Barang yang dikirim menggunakan kemasan kecil dianggap merepotkan karena waktu bongkar muat lama dan terhambat cuaca. Beberapa komoditas yang masih dimuat dalam kemasan kecil di antaranya beras, pupuk, semen, dan garam.
Karena itu Pelindo II meminta badan usaha milik negara seperti Bulog dan Pupuk Sriwijaya segera membenahi sistem logistik perusahaannya. “Dengan sistem baru biaya logistik mereka juga bisa ditekan, masalahnya mereka sudah terbiasa dengan sistem lama,” ujar Lino.
Sistem logistik konvensional yang berlaku saat ini hanya bisa melakukan bongkar muat sebanyak 30 ton per jam. Padahal, jika menggunakan jumbo bag kapasitas bongkar muat bisa mencapai 60 ton per jam.
Bongkar muat minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) juga akan diubah tahun ini. Di akhir 2012 seluruh pembongkaran harus melalui tangki timbun di pelabuhan, bukan menggunakan truk.
“Dengan begitu proses distribusi CPO bisa dilakukan 24 jam, truk tak perlu menunggu kapal datang dulu,” katanya. Ini akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi bongkar muat CPO.
Perubahan sistem ini dilakukan untuk mempersingkat waktu kapal di pelabuhan. Saat ini proses keluar masuk kapal di pelabuhan (dwelling time) bisa menghabiskan waktu hingga 6 hari.
Di negara lain proses keluar masuk kapal bisa selesai dalam waktu dua 2- 4 hari. Sebagai perbandingan, dwelling time di Australia hanya membutuhkan waktu 2 hari, dan di Malaysia 4 hari.
“Dengan sistem baru, dwelling time bisa ditekan menjadi 3 sampai 4 hari,” ujar Lino.
ANGGRITA DESYANI